Tampilkan postingan dengan label Budaya dan Pariwisata Ternate. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya dan Pariwisata Ternate. Tampilkan semua postingan

20 April 2012

Legu Gam 2012 - Pagelaran 100 Bambu Gila (Baramasuen)


26 Oktober 2011

200 sastrawan bertemu di Ternate

Ternate (ANTARA News) - Tidak kurang dari 200 sastrawan dari berbagai provinsi di Indonesia akan bertemu di Ternate, Maluku Utara, 25 - 29 Oktober 2011 guna menghadiri kegiatan Temu Sastrawan Indonesia (TSI) ke-IV.

"Budayawan Emha Ainun Nadjib juga akan hadir pada TSI ke-IV tersebut," kata Sekretaris Panitia TSI ke-IV Dino Umahuk di Ternate, Kamis.

Sastrawan yang akan hadir adalah mereka yang karya sastra dan puisinya lolos seleksi Dewan Kurator TSI ke-IV.

TSI ke-IV juga berisi seminar nasional, musyawarah sastrawan, pesta pora sastra dan pameran serta puluncuran buku.

Kegiatan ini juga demi memperkenalkan kekayaan dan keindahan alam dan budaya Ternate.

"Kegiatan ini juga diharapkan mampu menumbuhkan kegairahan sastra di tengah masyarakat Indonesia dan Ternate khususnya, dan mampu mendorong penciptaan-penciptaan serta karya sastra baru," kata Dino.(*)
Editor: Jafar M Sidik

sumber : www.antaranews.com


24 April 2011

'Soya-Soya' Ternate Catat Rekor Baru MURI

Soya-Soya (foto: Rival Fahmi/Okezone)

TERNATE-
Langit di atas kota Ternate terlihat cerah. Matahari bersinar dengan teriknya tanpa ada awan hitam yang bergantung seperti beberapa hari sebelumnya dimana Ternate ‘dihajar’ angin topan dan hujan deras.

Suasana inilah yang mengantar 8.125 siswa dari berbagai tingkatan sekolah mulai SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi yang ingin memecahkan rekor penari terbanyak di Indonesia. Berkumpul di alun-alun depan kedaton Sultan Ternate atau tang disebut Ngara Lamo (lapangan besar) dalam rangkaian festival Soya-soya memeriahkan event tahunan Legu Gam atau pesta rakyat menyambut Hari Ulang Tahun Sultan Ternate Mudaffar Sjah ke-76, Minggu (3/4/2011) sore WIT.

Di tengah lapangan sekitar 6.000 siswa SD se-kota Ternate plus sekitar 2000-an lebih siswa SMP dan SMU serta perguruan tinggi di ruas sisi Ngara lamo yakni jalan Pemuda dan jalan Sultan Khairun, berbaris menunggu komando.

Tepat di pukul 16.30 WIT, dengan satu komando, para penari tersebut sukses memecahkan rekor baru Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan jumlah terbanyak dalam sebuah pentas tarian yang digelar sekitar 30 menit.

Uniknya, diantara para penari tersebut terdapat seorang penari wanita atas nama Umi Bugis, siswa SMU Negeri 10 Ternate. Ini merupakan pertamakalinya seorang wanita menarikan tarian yang merupakan tari perang rakyat Moloku Kie Raha dalam mengusir para penjajah tersebut.

Soya-soya sendiri bisa dikatakan sebagai simbol kebangkitan rakyat Ternate saat Sultan Khairun dibunuh oleh Antonio Pimental, seorang kopral Portugis suruhan jenderal Lopes de Mosquita di benteng Nostra Senora del Rosario yang kini disebut benteng Kastela, diujung Selatan Ternate.

Rakyat Ternate yang marah karena sultannya terbunuh dalam sebuah perundingan yang merupakan muslihat bangsa Portugis itu, kemudian memberontak dibawah pimpinan putra Khairun yakni Baabullah.

Dengan komando seorang Kapita (kepala tentara), yang berasal dari Kayoa, rakyat Ternate akhirnya berhasil mengusir Portugis setelah mengurung rapat benteng tersebut selama lima tahun.

Soya-soya sendiri berarti menggoreng tanpa minyak dimana mengandung makna sanggup atau tidak, misi harus dijalankan meski bertaruh nyawa berupa gerakan memantau, menyerang, mengelak, dan menangkis.

Kini, Soya-soya hanya dilakukan saat adanya upacara adat atau penyambutan tamu daerah. Meski demikian, Soya-soya juga kerap ditampilkan saat festival budaya atau hajatan resmi lainnya.

Terkait dengan pemecahan rekor tersebut, Sultan Ternate Mudaffar Sjah dalam sambutannya mengaku bangga dengan apa yang sudah dilakukan para penari tersebut.

"Ini merupakan tonggak baru kepedulian para generasi muda dalam mewariskan Adat Se Atorang sebagai pegangan hidup rakyat Moloku Kie Raha," ujar Mudaffar.

Usai pementasan tersebut, pihak MURI langsung menyerahkan piagam rekor kepada Sultan Ternate sebagai pemrakarsa hajatan ini yang didampingi oleh Wali Kota Ternate Burhan Abdurachman.
(uky)

Sumber by : http://news.okezone.com

4 Oktober 2010

Putri Pariwisata Maluku Utara 2010



6 Agustus 2010

Maluku Utara Kaya wisata dan Bahari


Pertunjukan tradisional baramasuwen (bambu gila) menjadi atraksi dalam Legu Gam Moloku Kie Raha 2010 atau Pesta Rakyat Maluku Utara 2010 di Lapangan Ngara Lamo, Ternate, Maluku Utara, Maluku, Rabu (7/4). Meskipun diangkat oleh lima orang, bambu tersebut tidak bisa dikendalikan. Bambu itu mengikuti gerak dari sang pawang yang memberikan kekuatan magis pada benda tersebut.

TERNATE, KOMPAS.com - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudbar) Maluku Utara (Malut) memprogramkan pelaksanaan kegiatan wisata bertaraf internasional sebagai salah satu upaya lebih memperkenalkan potensi wisata daerah ini kepada wisatawan mancanegara.

"Kami memprogramkan paling lambat dua tahun ke depan sudah ada kegiatan wisata bertaraf internasional yang digelar di Malut," kata Kepala Disbudbar Malut, Nurlaela Armaiyn di Ternate, Selasa (3/8/2010).

Disbudbar Malut ingin mencontoh penyelengaraan Sail Bunaken di Sulawesi Utara dan Sail Banda di Maluku. Kegiatan wisata bertaraf internasional di ke dua daerah itu sangat efektif dalam memperkenalkan potensi wisata daerah setempat.

Nurlaela mengatakan, Malut memiliki banyak potensi objek wisata menarik, terutama objek wisata budaya dan peninggalan sejarah, objek wisata bahari serta objek wisata ilmiah, khususnya yang terkait dengan keanekaragaman flora dan fauna.

Objek wisata budaya dan peniggalan sejarah yang menarik di Malut di antaranya Kesultanan Ternate, benteng peninggalan kolonial di Ternate, Tidore dan Bacan serta bekas pangkalan Sekutu pada Perang Dunia II di Kabupaten Pulau Morotai.

Sedangkan objek wisata bahari yang menarik di Malut, menurut Nurlaela, di antaranya panorama bawah laut dan keindahan pantai pasir putih. Khusus panorama bawah laut di antaranya di objek wisata Guraici, Teluk Jailolo dan Kepulauan Widi.

Sedangkan objek wisata ilmiah, di antaranya beranekaragam burung di sejumlah kawasan hutan di Ternate dan pulau Halmahera. Burung tersebut ada yang endemik Halmahera yakni burung bidadari atau biasa juga disebut cendrawasih Halmahera.

"Objek wisata tersebut selama ini belum banyak di kenal, terutama luar negeri, oleh karena itu melalui penyelenggaraan kegiatan wisata bertaraf internasional nanti diharapkan potensi objek wisata lebih dikenal di luar negeri," katanya.

Disbudbar Malut selama ini sebenarnya telah berupaya mempromosikan potensi objek wisata tersebut baik melalui jasa internet maupun melalui pameran wisata di berbagai daerah di Indonesia, tapi karena keterbatasan dana sehingga hasilnya belum maksimal.

Nurlaela menambahkan, Disbudbar Malut pada 30-31 Juli 2010 menggelar Festival Guraici di Kabupaten Halmahera Selatan. Kegiatan itu juga merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan potensi objek wisata daerah ini.

Sumber : www.kompas.com

24 Februari 2009

Pengaruh Bahasa Portugis ke dalam Bahasa Melayu Ternate


Bahasa Melayu Ternate (BMT) banyak sekali menggunakan kata-kata asal Portugis yang sampai sekarang masih tetap dipakai. Hal ini sangatlah wajar mengingat Portugis bukan hanya berkuasa secara politik tapi juga secara budaya, sehingga dengan demikian secara tidak sadar bahasa Portugis masuk dan berbaur dengan bahasa lokal setempat, meskipun terkadang pengucapannya agak berbeda dengan bahasa aslinya. Bahasa Portugis yang di pakai dan di adaptasi kedalam BMT. dibawah ini adalah sebagian kata-kata dari bahasa Portugis yang sudah menjadi kosa kata BMT dan juga bahasa Indonesia serta dipakai oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi ada juga kosa kata bahasa Portugis yang tidak dipahami oleh masyarakat Indonesia lainnya, karena hanya dapat dipakai oleh masyarakat Maluku Utara.
Kosakata-kosakata itu adalah :

Bahasa Ternate - Bahasa Portugis - Bahasa Indonesia :
1. martelu = martelo = palu
2. pombo = pombo = merpati
3. feneti = alfinete = peniti
4. capato = sapato = sepatu
5. mai = mae = ibu
6. pai = pai = bapak
7. pastiu = fastio = bosan
8. tuturuga = tartaruga = penyu
9. sono = sono = tertidur
10. koleto = coleto = cubit
11. pardidu = pardido = suka jalan
12. testa = testa = dahi
13. seka = seka = gosok
14. kacumpit = kacumpit = anak kecil
15. ponoso = ponoso = pesek
16. bubengka = bibengka = kue
17. goropa = garoupa = sejenis ikan
18. kartas = cartaz = kertas
19. pasiar = pasear = pesiar
20. tampa = tampa = tempat
21. tela = telha = batu bata
22. rua = rua = jalan
23. laguna = laguna = danau
24. calana = chalana = celana
25. murutu = murutu = asal-asalan
26. oras = oras = waktu
27. bastiong = bastian = bagian benteng
28. salero = salero = garam
29. maraju = marraio = merajuk
30. fogado = fogado = kepanasan

Sumber : Buku Jejak Portugis Di Maluku Utara
Penulis : Alm. Irza Arnyta Djafar

23 November 2008

IstiLah (GLOSARIUM) daLam bahasa Ternate

Adat : Peraturan, kebiasaan, kesopanan, tradisi, budaya.
Alferis : Bintara, sersan.
Alifuru : Penduduk asli pedalaman Halmahera, disebut juga Halefuru.
Baru-baru : Serdadu
Asisten Residen : Pembantu Kepala Wilayah.
Bala : Warga, rakyat.
Barakati : Berkah
Batu Cina : Nama lain untukl Halmahera yang diberikan Portugis.
Beno : Tembok
Besi : Nama alternatif untuk Makian.
Bilolo : Sejenis siput laut yang dijadikan umpan untuk mengail ikan
Bobato : Arti harfiah: pelaksana peraturan. Secara umum digunakan untuk menunjuk kepala persekutuan, termasuk kadi, imam, khatib, dan madding.
Bobato Akhirat : Pimpinan spiritual, pembantu sultan untuk urusan keagamaan Islam.
Bobato Dunia : Pemimpin/pembantu sultan untuk urusan temporal/pemerintahan, penamaan kolektif, untuk pemimpin komunitas.
Boki : puteri, anak perempuan sultan dari isteri tertua.
Cakalele : Bahasa Ternate: hasa, tarian perang.
Controleur : Kontrolir, pengawas, kepala pemerintahan local.
Dano : Bangsawan yang tidak memegang jabatan kerajaan, bangsawan dari salah satu cabang kerabat kesultanan yang tidak memiliki hak menjadi sultan.
Dehe : Ujung, tanjung.
Dibo-dibo : Pedagang perantara ikan, hasil pertanian dan perkebunan dipasaran yang membeli dari produsen dengan harga semurah mungkin, kemudian dijual dengan harga semahal-mahalnya.
Dodego : Tempat duduk, posisi.
Dopolo Ngaruha : Empat pimpinan/kepala pemerintahan, yakni jogugu, Kapita Laut, Hukum Sangaji di Kesultanan Ternate. Disebut juga Komisi Ngaruha atau Tau Raha di Kesultanan Tidore.
Fala Raha : Rumah empat, empat klan, yakni Soa Marsaoli, Limatahu, Tomagola dan Tamaito.
Fanyira : Singkatan dari Ngofa Manyira.
Gapi : Nama alternatif Ternate yang digunakan pada masa awal.
Gezaghebber : Penguasa, kepala pemerintahan local setingkat distrik.
Ginoti : Kayu yang terapung.
Gufusang : Lalat besar berwarna hijau.
Hukum Syara : Hakim pengadilan agama Islam dalam lingkungan kesultanan.
Hukum : Magisttraat, fungsionaris yang memegang posisi antara pemerintahan kerajaan dan pemimpin komunitas, hakim.
Imam : Pemimpin dalam pelaksanaan ibadah agama Islam, pembantu sultan dalam bidang agama Islam.
Jiko ma-kolano : Sebutan kepala distrik di Halmahera.
Jogugu : Perdana Menteri, pemegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif).
Jojaru : Gadis yang belum menikah.
Juanga : perahu untuk berperang. Juanga ukuran sedang dapat memuat sampai 200 penumpang, juanga besar dapat memuat 300 – 400 orang.
Kadi : Hakim agama, ketua majelis peradilan agama tertinggi kerajaan, ketua para imam, khatib dan moding.
Kaicil : Pangeran, putera sultan dari permaisuri utama. Kaicil berasal dari bahasa jawa: kyai cilik (kiyai kecil).
Kalaudi : Pejabat kerajaan yang mengurus pajak, gelar pejabat di daerah taklukan kesultanan Ternate.
Kalem : Sebutan untuk kadi.
Kampung : Lingkungan kediaman atau desa.
Kapita : Pelaksana kekuasaan militer, komandan pasukan militer, kapten.
Kapita Kie : Pelaksana perang negeri kepala pasukan pengawal sultan.
Kapita Laut : Pelaksana perang laut, laksamana laut, panglima angkatan laut.
Kapita Ngofa : Kapten yang berasal dari keluarga sultan, kapten pangeran.
Khatib : Pejabat agama yang bertugas membaca khutbah setiap sembahyang jumat.
Khatib Dongofi : Khatib cadangan.
Khatib Juru Tulis : Khatib dengan tugas sebagai sekretaris.
Kie : Gunung, pulau yang memilik gunung, kerajaan yang berpusat pada sebuah pulau seperti Ternate dan Tidore.
Kie Besi : Nama gunung berapi di Makian.
Kie Ternate : Gunung Ternate (Gamalama), Pulau Ternate, Kerajaan Ternate.
Kolano : Raja, sultan.
Kora-kora : Perahu perang yang digunakan di Maluku Tengah. Di Maliku Utara-Ternate, Tidore, Bacan dan Halmahera-disebut juanga.
Landraad : Pengadilan Negeri.
Landschap : Daerah Swapraja.
Landvoogd : Wali Negeri, Gubernur di masa VOC.
Letnan : Pangkat perwira dalam ketentaraan yang di adopsi dari bahasa Belanda, luitenant.
Letnan Ngofa : Letnan dari kalangan bangsawan kerajaan.
Limau : Tempat yang diperkuat, benteng, ibukota.
Mahimo : Senior, lebih tua, wakil Kimalaha, wakil kepala komunitas.
Mara : Istilah dalam bahasa Ternate untuk Makian.
Mayor Ngofa : Mayor dari keluarga kesultanan, pangeran mayor.
Minister Van Kolonie : Menteri Utusan Daerah Jajahan Belanda. Terakhir berganti nama menjadi Minister Van Overzeegebied, Menteri Utusan Daerah seberang.
Moding : Anggota/staf imam, muezzin yang ditugaskan di masjid.
Moloku Kie Raha : Empat gunung Maluku. Semula menunjuk kepada Ternate, Tidore, Moti, Makian. Kemudian berkembang dan memiliki arti empat kerajaan Maluku, yakni Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan.
Ngase : Retribusi hasil hutan atau hasil laut tertentu.
Ngofa Manyira : Titel untuk kepala desa atau kepala soa. Secara harfiah, ngofa manyira bermakna anak yang lebih tua atau anak tertua.
Nyai Cili : Puteri Kerajaan, puteri sultan dari permaisuri utama. Nyai cili berasal dari bahasa Jawa: nyai dan cilik. Juga disebut Boki.
Resident : Residen, pegawai tinggi pemerintahan dalam negeri yang mengepalai suatu wilayah.
Sabua Lamo : Nama suku di Tobelo.
Sadeha : Komisaris, pelaksana tugas yang diberikan sultan, pemelihara benda-benda kerajaan tertentu.
Salahakan : Gelar untuk gubernur di daerah taklukan.
Salawaku : Tameng tradisional Maluku.
Sangaji : Gelar kepala komunitas tradisional, atau kepala distrik.
Syara : Undang-undang agama Islam, hokum atau syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan masalah keperdataan. Berasal dari bahasa Arab, syar’i.
Utusan : Duta, penguasa setempat yang diutus sultan. Utusan terutama mengurus kepentingan sultan di suatu daerah, seperti memungut upeti, dan sebagainya.

Sumber by : Buku Kepulauan Rempah-rempah

7 November 2008

"DABUS", Ritual Kebal Senjata Tajam di Ternate

Seperti halnya di dua tempat lain di Nusantara yakni; Aceh dan Banten, Ternate dan sekitarnya juga adalah tempat tumbuh dan berkembangnya seni Debus di wilayah timur Nusantara yang ada sejak ratusan tahun lalu. Debus di Ternate disebut Dabus atau Badabus. Ritual ini biasanya dipertunjukkan atau dilakukan dalam suatu hajatan yang berupa upacara ritual untuk menebus kaul seseorang yang pernah mengucapkan hajat akan mempertunjukkan Dabus, apabila ia selamat dari sesuatu musibah atau penyakit berat yang dideritanya.
Pertunjukan Dabus ini terdapat hampir di seluruh jazirah Maluku Utara, termasuk Ternate dan Tidore. Pelaksanaan ritual Dabus biasanya dipimpin oleh seorang guru agama ahli kebatinan, yang biasanya disebut “Joguru” yang dalam pelaksanaannya Dabus ia harus disapa; “Syekh”. Ia dibantu oleh para muridnya/santri yang berjumlah sekitar lima hingga sepuluh orang.

Alat khusus untuk pertunjukkan Dabus terdiri dari dua buah batang besi bulat sebesar ibu jari yang ujungnya diasah runcing dan tajam dan di bagian ujung lainnya dibentuk dengan kayu bulat sebesar kepalan tangan dan dihiasi dengan untaian rantai besi kecil. Alat Dabus di Ternate tidak jauh berbeda dengan yang pernah saya lihat di Banten. Materi ritual lainnya adalah seperangkat alat untuk tempat bakar kemenyan, arang dan semacam Anglo beserta beberapa gumpalan kemenyan yang akan dibakar selama pelaksanaan ritual ini. Sedangkan peralatan pendukung lainnya adalah rebana dan cikir serta kitab zikir yang dipakai untuk mengiringi pelaksanaan ritual.

Pertunjukkan Dabus di Ternate biasanya dilakukan pada malam hari dan lokasi yang dipilih sebagian besar di ruang utama rumah tinggal atau di teras rumah yang agak lebar. Pertunjukkan itu dimulai pada ba’da Isya. Setelah segala sesuatu dipersiapkan oleh pelaksana hajatan. Pelaksana hajat duduk berhadapan dengan sang Syekh lalu didoakan, selanjutnya dipersilakan menyaksikan pelaksanaan ritual tersebut.

Ritual dimulai dengan pembacaan lirik-lirik dan disertai zikir dan semacam mantra-mantra rahasia dalam bahasa Ternate campur Arab. Syekh dengan mengenakan jubah kebesaran (biasanya berwarna putih) duduk menghadap kiblat, dan dikelilingi oleh murid-muridnya serta orang-orang yang ingin berpartisipasi dalam pertunjukkan tersebut dan mengikuti setiap pembacaan doa dan zikir dari sang Syekh. Ritual ini berlangsung sekitar sepuluh menit.

Setelah itu, kemenyan dibakar dan bila asap telah mengepul, alat Dabus yang terbuat dari besi dan berantai tersebut diasapi. Biasanya alat Dabus ini terdiri dari beberapa pasang. (3 sampai 5 pasang). Setelah proses ini selesai, sang Syekh mencoba menikam besi tajam tersebut ke dada dan pahanya untuk memastikan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai rencana dan alat tersebut sudah bisa dipergunakan peserta untuk memulai pertunjukkan Dabus.

Sang Syekh memberikan isyarat kepada orang pertama yang memulai pertunjukkan untuk maju sambil jalan jongkok ke dapat sang Syekh untuk bersalaman dan menerima alat Dabus. Pada saat itu irama rebana dan sair-sair serta nyanyian zikir mulai didendangkan oleh peserta lain yang sudah memegang rebana dan kitab zikir.

Setelah menerima ia terus duduk di depan Syekh dan diasapi sekedar saja oleh Syekh kemudian ia menggoyangkan kepala dan badannya ke kiri dan ke kanan beberapa kali lalu membasuh alat Dabus tersebut dari pundak kanan ke atas kepala dan turun ke pundak kiri. Ia lalu mengangkat alat besi tajam tersebut yang sudah dipegang masing-masing di tangan kiri dan kanan dan mencoba menghujamkan ke dadanya bertubi-tubi beberapa kali. Kemudian ia berdiri dan mulai menari-nari sambil menghujamkan besi ke dada bahkan juga ke pahanya. Masing-masing peserta tidak dibatasi waktu, ada yang Cuma lima menit, ada pula yang sampai setengah jam tanpa henti. Kadang kala darah menetes tapi hanya sedikit pada saat pertama memulai pertunjukkan, setelah itu tidak ada darah lagi.

Kadang pula ada peserta ritual yang menanggalkan baju/kaos dan bertelanjang dada. Sebagian besar peserta yang melaksanakan ini rata-rata antara lima hingga sepuluh menit. Pertunjukan diganti lagi oleh beberapa orang lain secara bersamaan. Setiap peserta bisa mengulangi lagi beberapa kali. Dalam pelaksanaannya, biasanya pada menit kedua atau ketiga masih dilakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan, tapi setelah itu semakin keras dan sebagian besar perserta melakukannya sambil berjingkrak-jingkrak bahkan sambil melompat.

Semua para peserta melakukan ritual ini sambil menari sesuai iringan rebana yang terus didendangkan. Menurut mereka, besi tajam yang ditusukkan ke dada atau kulit kita tidak sakit sama sekali melainkan terasa gatal sehingga memacu peserta untuk berjingkrak dan melompat-lompat, bahkan ingin mengulangi lagi setelah turun istirahat beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada orang lain.

Biasanya gerakan tusukan mengikuti irama rebana yang kadang lambat kadang cepat. Seluruh peserta yang melaksanakan ritual Dabus ini dalam keadaan sadar. Namun kadang ada juga sering terjadi kesurupan, dan biasanya peserta tersebut langsung dihentikan oleh sang Syekh, tapi hal ini jarang terjadi.

Sebelum pergantian atau selesai tahapan pertunjukan, setiap orang yang hendak istirahat harus mengembalikan alat Dabus ke sang Syekh dengan cara seperti menerima alat Dabus tadi. Setelah diserahkan ke sang Syekh dan diletakkan di atas sebuah bantal di depan sang Syekh sebelum diambil oleh orang yang menggantikannya.

Peserta yang melakukan ritual ini biasanya tiga sampai lima orang sekaligus, sehingga ruangan yang digunkan untuk ritual ini harus mendukung. Luka-luka kecil akibat Dabus ini kemudian dibacakan mantra oleh sang Syekh dan dibasuh ke lukanya, lalu mereka bersalaman, setelah itu barulah pesertanya berdiri untuk istirahat atau berhenti.

Sementara itu pertunjukkan Dabus terus berlangsung yang dilakukan oleh yang lainnya secara bergilir. Siapa pun bisa menjadi peserta dalam hajatan ini. Ritual ini menjadi tontonan warga di sekitar hingga selesai pada tengah malam. Tidak satu pun peserta Dabus yang terinfeksi sebagai akibat dari pertunjukkan Dabus ini. Anehnya, karena keesokan harinya luka kecil bekas tusukan besi tajam sudah mengering dan hanya meninggalkan bekas kecil yang tidak seberapa.

Dari gambaran pelaksanaan Dabus ini, dapat disimpulkan bahwa Dabus adalah pertunjukkan rakyat yang bersifat ritual karena pelaksanaannya harus dipandu dan dipimpin oleh orang yang mengetahui seluk beluk ritual ini, yaitu seorang “Syekh” dan para “Syaman”.

Setahu saya di Indonesia, ritual Dabus atau Debus seperti ini, hanya terdapat di tiga tempat, yaitu; Nanggro Aceh Darussalam, Banten dan Ternate. Mungkin pula ada juga di tempat-tempat lain, tapi dengan nuansa dan sebutan yang berbeda pula. Wallahu wa’lam.

3 November 2008

WISATA ALAM DAN BUDAYA

Wisata alam diantaranya : Danau Laguna, Danau Tolire, Cengkeh Afo yang berusia 3,5 abad , Batu Angus akibat letusan Gunung Gamalama tahun 1673 yang di dalamnya terdapat tugu makam tentara Jepang, dan sejumlah wisata pantai lainnya.

Adapun potensi Wisata adat dan wisata budaya, adat istiadat diantaranya :

Upacara Adat Kulano Uci Sabea ( Upacara keagamaan )
Upacara pengobatan Kapita Fanyira ( Upacara Adat )
Tarian Soya-soya ( Tarian adat penjemputan tamu )
Tarian cakalele ( Tarian permainan rakyat )
Tarian Lego dan Dansa ( Tarian kesenian klasik )
Tarian / ronggeng Tide ( Kesenian rakyat )
Tarian / ronggeng Gala ( Kesenian Rakyat )
Tarian Baramasuwen ( Tarian adat Ritual )
B a d a b u s ( Tarian adat ritual )
Jokokaha ( Tarian adat penjemputan tamu )
Ige segonofu ( Upacara adat dalam rangka pelantikan tamu / keselamatan)
Pembacaan Tamsil
Atraksi perahu Kora-kora.

WISATA SEJARAH

Bidang parwisata , disamping social culture masyarakat yang kaya akan budaya dan adat istiadat, juga terdapat asset – asset histories peninggalan masa lalu seperti :
  • Kedaton Sultan Ternate, yang dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada tanggal 24 Nopember 1810, terletak di atas bukit Limau Santosa dan di dalamnya menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah cukup tinggi.
  • Masjid Sultan Ternate, di bangun yang oleh Sultan Hamzah pada tahun 1633 dengan kombinasi arsitektur Cina dan Jawa kuno
  • Benteng Toloco peninggalan bangsa Portugis, dibangun pada tahun 1512 oleh Gubernur Jendral Francisco Seereo dan direstorasi pada tahun 1610 oleh Jan Peter Booth.
  • Benteng Orange ( Benteng Malayu ), peninggalan Belanda, yang dibangun oleh Corneles De Jongoe pada tahun 1607 .
  • Benteng Kalamata ( Benteng Santa Lucia ) yang dibangun bangsa Portugis tahun 1540 dan dianeksasi Belanda tahun 1609.
  • Benteng Gamlamo ( Benteng Kastela ), yang dibangun oleh bangsa Portugis tahun 1521 oleh Antonio de Brito, dimana Sultan Khairun dibunuh oleh Antonio Pimentel atas perintah pamannya Capitao Diego Lopez de Mesquita
  • Benteng kota Janji ( Benteng Santo Pedro ), dibangun oleh bansa Portugis kemudian di duduki spanyo tahun 1606 dan dikuasai bangsa Belanda tahun 1612.
  • Makam Sultan babullah, yang terletak di Kelurahan Foramadiyahi,dikakai Gunung Gamalama yang memiliki daya tarik wisata.
  • Makam Sultan Badaruddin, Sultan asal Palembang yang diasingkan di Ternate pada tahun 1821 oleh bangsa Belanda.

19 Juli 2008

Ternate Travel Guide


The tiny volcanic island of Ternate is one of the four historic sultanates of North Maluku that were once the World's only source of cloves and attracted traders from across the globe. Today Ternate is the capital of, and the main gateway into North Maluku province. It offers several historical sights and great volcanic scenery, dominated by active Gunung Gamalama. It is worth hopping over to its close neighbour Tidore, too.

Ternate, the most prominent of the four Moluccan sultanates, dates its foundation to 1257 AD. The ruling house traces its origins to the arrival of the Muslim sage, Sayyid Ja'afar Sadik, but the exact line of descent is subject to contradictory genealogies. The genealogies are only certain from the late sixteenth century Sultan, Zainal Abidin.

The island shares a unique history with the neighbouring states of Jailolo, Tidore and Bacan. All four share the same legendary past in which they form a cosmic whole, almost a separate universe or realm. In this universe, each state has its appointed place. Ternate forms the most important unit and its ruler is termed the Kolano ma-Luku (ruler of the Moluccas). Modern history, however, suggests that Ternate's position owes its place military triumphs, successfully concluded when it vanquished Tidore and Jailolo in 1380.

Selengkapnya : www.world66.com
 
AksaL Achmad | Powered By Blogspot | © Copyright  2008