Imperium nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup agama, adat istiadat dan bahasa.
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam Ternate memiliki peran yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh sultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang berarti. Keberhasilan rakyat Ternate dibawah sultan Baabullah dalam mengusir Portugis tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya almarhum Buya Hamka bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristen seperti halnya Filipina.
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa - bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.
Sumber By : wikipedia.org
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam Ternate memiliki peran yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh sultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang berarti. Keberhasilan rakyat Ternate dibawah sultan Baabullah dalam mengusir Portugis tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya almarhum Buya Hamka bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristen seperti halnya Filipina.
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa - bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.
Sumber By : wikipedia.org
slm iyo se nongoru om sigi,....
BalasHapusjejak sejarah akan ttp terukir hanya sebatas ukiran masalalu yg prnah d toreh oleh para leluhur,.... tp torang samua tra sadar kalo yg di atas itu oleh kbanyakn generasi hr ini d lupakn & pd akhirnya hanya jd omongan sampah,...
sbg bentuk perbandingn dg daerah laeng,... bandung(ibukota jabar) misalkn dg bhs sundanya,....takpernah ada rasa malu sedikitpun pd generasi mudanya tuk berinteraksi dg bhs sunda di mall,.kelas,.angkot,.pasar,.bahkn sbg bhs prgauln d kota tsb,. djogja pun demikian,.... sampe k jawa timur pun demikian,...bahkan makassar,......
saatnya melawan westernisasi dg budaya lokal.
AssaLamu'aLaikum
BalasHapussbLumnya,
ijinkan saya untuk mengomentari komentar yang sangat sangat kritis ini!!!!
ada banyak daerah yang senantiasa selalu menggunakan bahasa daerahnya sebagai media interaksi mereka sehari - hari, contohnya seperti yang anda kemukakan diatas!!!
banyak faktor pendorong sehingga bahasa ternate contohnya tidak mendapat tempat yang layak dalam setiap denyut nadi dan hembusan nafas sebagian masyarakat ternate!!!!
pemerintah daerah misalnya,
tak ada sedikit pun anjuran-anjuran tertentu atau aturan baku yang memediasi bahasa ternate menjadi bahasa yang patut untuk dipertahankan,digunakan sekaligus diberdayakan!!!
dengan semua hal yang telah mereka Lakukan dan berikan untuk Ternate tercinta...mereka selalu Lupa atau "barangkali" sengaja untuk melupakan aspirasi-aspirasi masyarakat dalam konteks mempertahankan bahasa ternate sebagai salah satu aset yang sangat berharga yang di miliki dan patut untuk dilestarikan!!!
kerinduan yang tak berujung....
saran sya :
sebagai Langkah awaL,
piLih tempat-tempat tertentu untuk dijadikan sebagai pusat komunikasi dgn menggunakan bahasa ternate sebagai media komunikasi dalam berinteraksi!!!
agar nantinya, setiap masyarakat yang datang ke tempat tersebut, mau tidak mau harus menggunakan bahasa ternate sebagai media interaksi dalam melakukan aktivitas!!!!
Last :
Suarakan apa yang pantas di suarakan!!!!
BuatLah sesuatu yang berarti buat mereka, walaupun itu dimulai dari hal yang paling kecil!!!!
akhir kata,
WassaLamuaLaikum...Wr..Wb!!!