”Kontribusi Wallace dalam penemuan bersama teori evolusi oleh Wallace dan Charles Darwin sangat besar bagi ilmu pengetahuan,” kata Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Sangkot Marzuki MD pada Konferensi Internasional ”Alfred Russel Wallace and The Wallacea” yang berlangsung di Makassar, Rabu (10/12).
Seminar dibuka Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’mang. Konferensi yang berlangsung hingga Sabtu (13/12) itu merupakan peringatan 150 tahun surat Wallace dari Ternate yang menjadi cikal bakal teori evolusi.
Konferensi internasional di Makassar itu diikuti para ahli dari sembilan negara yang tersebar di empat benua. Dalam sambutannya, Agus Arifin Nu’mang menyebut Sulawesi sebagai tempat yang bersejarah bagi kelahiran teori geologi dan biologi yang kemudian menjadi karya ilmiah Wallace berjudul On the Zoological Geography of the Malay Archipelago. Karya itu adalah dasar ilmu biogeografi dan menjadi cikal bakal garis Wallacea.
”Wallace juga telah menjadikan kawasan Wallacea sebagai hotspot keanekaragaman hayati dunia. Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah Brasil dan keanekaragaman itu berada di kawasan Wallacea,” kata Agus.
Menjelajah Nusantara
Pada kurun waktu 1850-1860, Wallace menjelajah Nusantara, mengumpulkan 125.660 spesimen. Dari penelitiannya itulah Wallace menetapkan garis maya yang memisahkan dua wilayah fauna. Garis yang kini dikenal sebagai garis Wallace itulah yang menjadi dasar Wallace mengkaji masalah evolusi.
Pada 9 Maret 1858, dari Ternate, Wallace mengirimkan surat ke Inggris yang ditujukan kepada Charles Darwin, berisi temuan-temuannya di Nusantara dan garis Wallace.
Menurut Sangkot, surat dari Ternate itulah yang mengguncang para ilmuwan Inggris. Pada 1 Juli 1858, Darwin mengumumkan teori bersama Wallace dan Darwin kepada Linnean Society di London. Saat teori itu diumumkan, Wallace sendiri masih berada di Papua.
”Kekayaan alam Indonesia adalah inspirasi bagi Wallace untuk menemukan teori evolusinya. Konferensi ini penting agar kawasan Wallacea menjadi perhatian para ahli. Kami mengharapkan akan bertambah penelitian nasional dan internasional terhadap kekayaan hayati Wallacea. Kami juga mengharapkan akan lahir penemuan baru bagi kepentingan internasional dan nasional,” kata Sangkot.
Pada pembukaan itu, Wali Kota Ternate Syamsir Andili membacakan Deklarasi Ternate. Deklarasi yang disusun 2 Desember 2008 itu berisi enam butir pernyataan bersama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, akademisi, Yayasan Pengembangan Wallacea, dan para pemangku kepentingan lokal di Ternate dalam prakongres yang berlangsung di Ternate.
Salah satu butir deklarasi itu adalah komitmen Pemerintah Kota Ternate untuk membangun monumen Wallace di Ternate.
”Kami akan memperbaiki rumah yang dulu ditinggali Wallace dan akan mengabadikan namanya sebagai nama jalan di Ternate,” kata Syamsir.(ROW)
sumber: Kompas