2 Desember 2008

TERNATE (KERAJAAN MALUKU TERBESAR)

Kindly Bookmark and Share it:

Asal - usul

PADA 1250, terjadi eksodus besar-besaran orang-orang Halmahera dibawah Kerajaan Jailolo ke berbagai pulau di bagian barat pulau tersebut seperti Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Eksodudus ini terjadi akibat konflik politik antara Raja Jailolo yang absolute-otoriter dengan kelompok-kelompok politik local. Diantara pelarian tersebut ada yang mendarat di Ternate dan mendirikan pemukiman mereka di dekat puncak Gunung Gamalama. Pemilihan tempat ini atas pertimbangan keamanan yakni untuk menghilangkan jejak dan kemungkinan pengejaran pasukan Jailolo. Komunitas tertua tersebut adalah di Tobona, terletak di antara puncak Gamalama yang saat itu belum meletus (Gunung Gamalama mulai meletus pada 1686)

Komunitas Tobona dikepalai seorang pimpinan yang disebut “Momole". Pembentukan komunitas inilah yang menandai permulaan masa kekuasaan Momole, sebagai awal masa Pra-kolano (raja). Momole pemukiman tobona bernama Guna. Karena pelarian politik orang-orang Halmahera makin bertambah, para imigran tersebut lalu membangun pemukiman baru bernama Foramadiahi sekitar tahun 1254. Pemukiman Foramadiahi dipimpin Mole Matiti. Setelah itu, terbentuk pemukiman ketiga yakni sampala, dibawah otoritas Momole Ciko (baca Siko). Berbeda dengan Tobona, kedua pemukiman terakhir di bangun tidak jauh dari pantai. Bahkan, Sampala terletak di tepi pantai. Hal ini meungin memperlihatkan bahwa komunitas-komunitas di Ternate tidak lagi memperhitungkan Kerajaan Jailolo sebagai ancaman. Jarak antara satu pemukiman dengan pemukiman lainnya di masa awal Ternate ini relative cukup jauh, sehingga komunikasi di antara kampong-kampung tersebut relative sulit dan kurang lancer, keadaan semacam ini berjalan selama beberapa tahun.

Pada 1257, komunitas Tobona, sebagai komunitas pelopor, mengambil prakarsa menyelenggarakan suatu musyawarah. Tidak jelas di mana musyawarah itu berlangsung. Kemungkinan di Tobona, karena komunitas inilah yang memprakarsainya. Pendapat lain menyatakan musyawarah tersebut berlangsung di Foramadiahi, yang terletak di tengah, antara Sampala dan Tobona. Kemungkinan lainnya, musyawarah dilakukan di Sampala, mengingat Momole Sampala-lah yang kemudian terpilih memimpin seluruh pemukiman yang ada. Musyawar diadakan dengan agenda tunggal: menggalang persatuan diantara ketiga komunitas tersebut dan mengangkat Ciko sebagai pemimpin ketiga komunitas.

Setelah pengangkatannya sebagai pimpinan komunitas tritunggal, Ciko mengubah gelarnya dari Momole menjadi Kolano – bermakna “raja”. Demikian pula, namanya di ubah pula menjadi Mashur Malamo. Peristiwa ini mengawali era kolano di Ternate. Setelah beberapa waktu menjadikan Sampala sebagai pusat kekuasaan, Ciko yang berkuasa hingga 1272 kemudian membangun ibu kota baru di tepi pantai, yang diberi nama Gamlamo (Negeri Besar).

Pengangkatan Ciko sebagai Kolano pertama di Ternate, dituturkan dalam mitos sbb :

Pada suatu hari Momole Guna, Kepala Persekutuan Tobona, menjelajahi hutan mencari pohon enau untuk menyadap tuaknya. Ia tiba disuatu lintasan jalan dan menemukan sebuah lesung terbuat dari emas. Momole Guna mengambilnya dan membawa pulang ke rumah. Lesung emas itu kemudian menjadi tontonan yang aneh bagi warga Tobona. Karena yang ingin melihatnya makin banyak berdatangan, Momole Guna tidak mau menahannya lebih lama lagi dan memutuskan untuk memberikannya kepada Momole Molematiti, pimpinan komunitas Foramadiahi, yang terletak dibawah Tobona. Mole matiti yang telah menerima lesung aneh itu, juga mengalami hal yang sama seperti dialami Momole Guna dan Tobona. Karena tidak betah, ia berikan kepada Ciko dan Sampala. Ciko menerima lesung itu berikut segala keajaibannya dan dengan demikian ia memperoleh kehormatan menjadi penguasa atas pulau Ternate yang berakhir dengan penobatannya sebagai Raja pertama pulau itu dengan gelar Kolano. (Andaya, Leonard Y.Op.Cit.p.50 dan Valentijn Oud en Nieuw,Vol.1b pp.282.283)

Setelah Mashur Malamo (1257-1272) dinobatkan sebagai Kolano pertama, berkuasa di kerajaan Ternate secara berturut-turut: Kaicil Yamin (1272-1284), Kaicil Siale (1284-1298), Kamalu (1298-1304), dan Kaicil Ngara Lamo (1304-1317).


Sumber by : Buku Kepulauan Rempah-rempah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
AksaL Achmad | Powered By Blogspot | © Copyright  2008