29 Desember 2008

Dunia Pinggirkan Peran Wallace dalam Teori Evolusi


MAKASSAR - Dunia meminggirkan peran Alfred Russel Wallace dalam penemuan teori evolusi. Pada akhirnya, dunia juga melupakan keanekaragaman hayati Indonesia yang menginspirasi Wallace menemukan teori survival the fitest dan teori evolusi.

”Kontribusi Wallace dalam penemuan bersama teori evolusi oleh Wallace dan Charles Darwin sangat besar bagi ilmu pengetahuan,” kata Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Sangkot Marzuki MD pada Konferensi Internasional ”Alfred Russel Wallace and The Wallacea” yang berlangsung di Makassar, Rabu (10/12).
Seminar dibuka Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’mang. Konferensi yang berlangsung hingga Sabtu (13/12) itu merupakan peringatan 150 tahun surat Wallace dari Ternate yang menjadi cikal bakal teori evolusi.

Konferensi internasional di Makassar itu diikuti para ahli dari sembilan negara yang tersebar di empat benua. Dalam sambutannya, Agus Arifin Nu’mang menyebut Sulawesi sebagai tempat yang bersejarah bagi kelahiran teori geologi dan biologi yang kemudian menjadi karya ilmiah Wallace berjudul On the Zoological Geography of the Malay Archipelago. Karya itu adalah dasar ilmu biogeografi dan menjadi cikal bakal garis Wallacea.

”Wallace juga telah menjadikan kawasan Wallacea sebagai hotspot keanekaragaman hayati dunia. Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah Brasil dan keanekaragaman itu berada di kawasan Wallacea,” kata Agus.

Menjelajah Nusantara

Pada kurun waktu 1850-1860, Wallace menjelajah Nusantara, mengumpulkan 125.660 spesimen. Dari penelitiannya itulah Wallace menetapkan garis maya yang memisahkan dua wilayah fauna. Garis yang kini dikenal sebagai garis Wallace itulah yang menjadi dasar Wallace mengkaji masalah evolusi.

Pada 9 Maret 1858, dari Ternate, Wallace mengirimkan surat ke Inggris yang ditujukan kepada Charles Darwin, berisi temuan-temuannya di Nusantara dan garis Wallace.

Menurut Sangkot, surat dari Ternate itulah yang mengguncang para ilmuwan Inggris. Pada 1 Juli 1858, Darwin mengumumkan teori bersama Wallace dan Darwin kepada Linnean Society di London. Saat teori itu diumumkan, Wallace sendiri masih berada di Papua.

”Kekayaan alam Indonesia adalah inspirasi bagi Wallace untuk menemukan teori evolusinya. Konferensi ini penting agar kawasan Wallacea menjadi perhatian para ahli. Kami mengharapkan akan bertambah penelitian nasional dan internasional terhadap kekayaan hayati Wallacea. Kami juga mengharapkan akan lahir penemuan baru bagi kepentingan internasional dan nasional,” kata Sangkot.

Pada pembukaan itu, Wali Kota Ternate Syamsir Andili membacakan Deklarasi Ternate. Deklarasi yang disusun 2 Desember 2008 itu berisi enam butir pernyataan bersama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, akademisi, Yayasan Pengembangan Wallacea, dan para pemangku kepentingan lokal di Ternate dalam prakongres yang berlangsung di Ternate.

Salah satu butir deklarasi itu adalah komitmen Pemerintah Kota Ternate untuk membangun monumen Wallace di Ternate.

”Kami akan memperbaiki rumah yang dulu ditinggali Wallace dan akan mengabadikan namanya sebagai nama jalan di Ternate,” kata Syamsir.(ROW)

sumber: Kompas

6 Desember 2008

Tugu Wallace Ditetapkan di Ternate

Jakarta, Kompas - Melalui berbagai perdebatan ilmiah, akhirnya tugu memperingati tokoh ilmuwan biogeografi dari Inggris, Alfred Russel Wallace (1823-1913), di Indonesia ditetapkan di Ternate, Provinsi Maluku Utara. Lokasi tugu adalah sebuah rumah yang diduga pernah disinggahi Wallace di Jalan Nuri, Ternate, sekarang.

Petunjuk didapat dari data tertulis dalam catatan Wallace yang hanya berjalan 5 menit menuju Pasar Gamalama. Kemudian untuk melihat Kota Ternate harus menghadap ke arah timur laut.

”Tidak hanya dengan tugu, di Ternate akan diresmikan pemberian nama untuk jalan, Alfred Russel Wallace,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Umar Anggara Jenie dalam konferensi pers menjelang Prasimposium ”Letter from Ternate”, Jumat (28/11), di Jakarta.

Prasimposium akan diselenggarakan 2-3 Desember 2008 di Ternate. Menurut Umar, Wallace melalui bukti pengiriman ”Surat dari Ternate” tahun 1858 kepada Charles Darwin di Inggris, akhir- akhir ini diunggulkan sebagai salah satu pencetus teori Darwin mengenai evolusi.

”Sebelum tahun 2009 nanti dicetuskan sebagai ’Darwinian of The Year’. Banyak ilmuwan, terutama di Inggris, memunculkan nama Wallace untuk dikenang sebagai pencetus teori evolusi pula,” kata Umar yang didampingi Deputi Bidang Ilmu Kebumian LIPI Hery Harjono dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Endang Sukara.

Menurut Umar, Wallace di usia 35 tahun, 6 Maret 1858, lebih dulu menulis catatan mengenai evolusi fauna yang tak bisa bertahan, sebagai fauna yang akan punah. Catatan itu dituangkan ke dalam surat berjudul ”On The Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from The Original Type”, lalu dikirimkan ke Charles Darwin.

”Surat Wallace itu ditulis setahun sebelum Darwin mengemukakan teori evolusinya. Jadi, Wallace lebih dulu mengungkapkan hal-hal berkaitan dengan teori evolusi yang kemudian diungkapkan Darwin,” kata Umar.

sumber by : kompas cetak

Pencarian Jejak Penemu Teori Evolusi di Ternate

Oleh Sapto Hp

Ternate (ANTARA News) Ketenangan keluarga Paung Tjandra bakal berubah ketika pencarian jejak naturalis Alfred Russel Wallace, penemu teori evolusi, berakhir di rumah yang mereka tinggali sejak 1974.

Rumah Paung Tjandra di Jalan Nuri, Ternate, diyakini cocok dengan sejumlah informasi yang dikumpulkan Pemerintah Kota Ternate berdasarkan catatan Wallace, terutama keberadaan sumur di samping kanan rumah itu.

Sumur tersebut memang sudah ditutupi lantai semen. Tapi menurut pengakuan sang pemilik rumah, sebagai sumber air sumur itu masih utuh dan letaknya ditandai oleh sebuah pipa yang mencuat di lantai tersebut.

Sumur tersebut mendapat catatan khusus oleh Wallace dalam suratnya kepada Charles Darwin (1858), dengan menyatakan, di tempat tinggalnya di Ternate, dia memiliki sumur yang memenuhi kebutuhan hidup. Bagi dia, sumur itu merupakan barang mewah dan airnya dapat langsung diminum.

baca selengkapnya

Wallace Jadi Nama Jalan di Ternate

INILAH.COM, Ternate - Ilmuan flora dan fauna dunia mendian Alfred Russel Wallace diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Kota Ternate Maluku Utara (Malut) untuk mengenang bahwa ilmuan itu pernah tinggal di Ternate.

"Wallace pernah tinggal di Ternate selama empat tahun, jadi untuk mengenangnya, namanya kami abadikan menjadi nama jalan di Kota ini" kata Wali Kota Ternate Syamsir Andili saat meresmikan nama Jalan Wallace di Ternate, Rabu (3/12).

Nama jalan yang kini berubah menjadi Wallace itu, sebelumnya adalah Jalan Nuri. Salah satu rumah di Jalan Nuri itu dulu menjadi tempat tinggal Wallace selama empat tahun.

Menurut Syamsir, informasi Wallace tinggal di Ternate untuk melakukan penelitian flora dan fauna di wilayah Maluku, bukan rekayasa, tapi didasarkan kepada buku yang pernah ditulis oleh Wallace.

Dalam buku itu, Wallace menulis bahwa ia pernah tinggal di Ternate selama empat tahun di rumah milik seorang pengusaha asal Belanda. Rumah itu sesuai hasil penelitian Pemkot Ternate, berada di Jalan Nuri yang kini berubah nama menjadi Jalan Wallace.

"Rumah tempat tinggal Wallace tersebut akan kami jadikan monumen Wallace. Monumen itu akan dilengkapi gambaran tentang aktivitas Wallace selama di Ternate" papar Syamsir.

Peresmian pembangunan monumen Wallace tersebut dilakukan bersamaan dengan peresmian Jalan Wallace. Pada peresmian itu turut hadir Ketua LIPI Prof Dr UMar Anggara Jenie, MSc.

Umar mengatakan, LIPI akan mendukung Pemkot Ternate untuk merealisasikan pembangunan monumen Wallace tersebut, karena monumen itu akan menjadi sarana untuk mengetahui aktivitas Wallace saat berada di Ternate.

Sehari sebelumnya (2/12) Pemkot Ternate bekerja sama dengan LIPI menggelar pra-simposium di Ternate untuk mengenang 150 tahun surat Wallace yang dikirim dari Ternate ke Inggris.

sumber by : INILAH.COM

4 Desember 2008

Generasi Muda "Mangga Dua"


Generasi Muda di Kota Ternate mempunyai karakter yang sangat beragam, tapi dari keragaman itu terselip 1 karakter yang sangat menonjol yang dimiliki oleh mereka...yakni,suka bakulai (berkelahi). Ini diiyakan oLeh pihak kepolisian setempat yang banyak menerima laporan pengaduan tentang kasus tersebut!!!!

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh ketika melihat fenomena yang ada, dari beberapa faktor tersebut yang paling banyak muncul kepermukaan adalah tidak adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara generasi muda dan generasi lama (Orang tua)!!!!
Ini yang menyebabkan adanya tembok pemisah antara kedua generasi tersebut!!!!
Contoh yang ada diatas tidak sejalan dengan perkembangan pemahaman yang dianut oleh masyarakat disalah satu kelurahan diKota Ternate yaitu Kelurahan Mangga Dua!!!!
Ini dapat terjadi karena generasi muda dimangga dua membentuk sebuah wadah atau komunitas yang berdiri atas dasar kekeluargaan!!!!komunitas - komunitas inipun yang menjadikan mangga dua sebagai tempat yang aman dari isu - isu kasus kekerasan yang sering terjadi pada masyarakat kota Ternate Lainnya!!!

ada beberapa komunitas yang hadir dikelurahan mangga dua...tapi yang paling menonjol diantara komunitas yang ada adalah EDETH Generation dan NEVADA!!!!
Dua komunitas ini sangat disegani disemua kalangan masyarakat mangga dua...baik dari kalangan muda maupun kalangan orang tua!!!!!
banyak kegiatan - kegiatan sosial yang pernah mereka buat, diantaranya bakti sosial, pemberian sumbangan untuk anak - anak panti asuhan dll.
sumbangsih yang mereka berikanpun tidak serta merta membuat mereka besar kepala...ini dibuktikan dengan karakter yang selalu mereka perlihatkan!!!!

Mungkin inilah sebagian kecil dari banyaknya perilaku positif yang mereka punya!!!!!
untuk itu, tak ada salahnya ketika segelintir orang termasuk saya yang terkagum - kagum melihat apa yang mereka lakukan dan berikan sampai saat ini!!!!!!!!!
SaLut buat Komunitas EDETH Generation dan NEVADA.......

2 Desember 2008

TERNATE (KERAJAAN MALUKU TERBESAR)

Asal - usul

PADA 1250, terjadi eksodus besar-besaran orang-orang Halmahera dibawah Kerajaan Jailolo ke berbagai pulau di bagian barat pulau tersebut seperti Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Eksodudus ini terjadi akibat konflik politik antara Raja Jailolo yang absolute-otoriter dengan kelompok-kelompok politik local. Diantara pelarian tersebut ada yang mendarat di Ternate dan mendirikan pemukiman mereka di dekat puncak Gunung Gamalama. Pemilihan tempat ini atas pertimbangan keamanan yakni untuk menghilangkan jejak dan kemungkinan pengejaran pasukan Jailolo. Komunitas tertua tersebut adalah di Tobona, terletak di antara puncak Gamalama yang saat itu belum meletus (Gunung Gamalama mulai meletus pada 1686)

Komunitas Tobona dikepalai seorang pimpinan yang disebut “Momole". Pembentukan komunitas inilah yang menandai permulaan masa kekuasaan Momole, sebagai awal masa Pra-kolano (raja). Momole pemukiman tobona bernama Guna. Karena pelarian politik orang-orang Halmahera makin bertambah, para imigran tersebut lalu membangun pemukiman baru bernama Foramadiahi sekitar tahun 1254. Pemukiman Foramadiahi dipimpin Mole Matiti. Setelah itu, terbentuk pemukiman ketiga yakni sampala, dibawah otoritas Momole Ciko (baca Siko). Berbeda dengan Tobona, kedua pemukiman terakhir di bangun tidak jauh dari pantai. Bahkan, Sampala terletak di tepi pantai. Hal ini meungin memperlihatkan bahwa komunitas-komunitas di Ternate tidak lagi memperhitungkan Kerajaan Jailolo sebagai ancaman. Jarak antara satu pemukiman dengan pemukiman lainnya di masa awal Ternate ini relative cukup jauh, sehingga komunikasi di antara kampong-kampung tersebut relative sulit dan kurang lancer, keadaan semacam ini berjalan selama beberapa tahun.

Pada 1257, komunitas Tobona, sebagai komunitas pelopor, mengambil prakarsa menyelenggarakan suatu musyawarah. Tidak jelas di mana musyawarah itu berlangsung. Kemungkinan di Tobona, karena komunitas inilah yang memprakarsainya. Pendapat lain menyatakan musyawarah tersebut berlangsung di Foramadiahi, yang terletak di tengah, antara Sampala dan Tobona. Kemungkinan lainnya, musyawarah dilakukan di Sampala, mengingat Momole Sampala-lah yang kemudian terpilih memimpin seluruh pemukiman yang ada. Musyawar diadakan dengan agenda tunggal: menggalang persatuan diantara ketiga komunitas tersebut dan mengangkat Ciko sebagai pemimpin ketiga komunitas.

Setelah pengangkatannya sebagai pimpinan komunitas tritunggal, Ciko mengubah gelarnya dari Momole menjadi Kolano – bermakna “raja”. Demikian pula, namanya di ubah pula menjadi Mashur Malamo. Peristiwa ini mengawali era kolano di Ternate. Setelah beberapa waktu menjadikan Sampala sebagai pusat kekuasaan, Ciko yang berkuasa hingga 1272 kemudian membangun ibu kota baru di tepi pantai, yang diberi nama Gamlamo (Negeri Besar).

Pengangkatan Ciko sebagai Kolano pertama di Ternate, dituturkan dalam mitos sbb :

Pada suatu hari Momole Guna, Kepala Persekutuan Tobona, menjelajahi hutan mencari pohon enau untuk menyadap tuaknya. Ia tiba disuatu lintasan jalan dan menemukan sebuah lesung terbuat dari emas. Momole Guna mengambilnya dan membawa pulang ke rumah. Lesung emas itu kemudian menjadi tontonan yang aneh bagi warga Tobona. Karena yang ingin melihatnya makin banyak berdatangan, Momole Guna tidak mau menahannya lebih lama lagi dan memutuskan untuk memberikannya kepada Momole Molematiti, pimpinan komunitas Foramadiahi, yang terletak dibawah Tobona. Mole matiti yang telah menerima lesung aneh itu, juga mengalami hal yang sama seperti dialami Momole Guna dan Tobona. Karena tidak betah, ia berikan kepada Ciko dan Sampala. Ciko menerima lesung itu berikut segala keajaibannya dan dengan demikian ia memperoleh kehormatan menjadi penguasa atas pulau Ternate yang berakhir dengan penobatannya sebagai Raja pertama pulau itu dengan gelar Kolano. (Andaya, Leonard Y.Op.Cit.p.50 dan Valentijn Oud en Nieuw,Vol.1b pp.282.283)

Setelah Mashur Malamo (1257-1272) dinobatkan sebagai Kolano pertama, berkuasa di kerajaan Ternate secara berturut-turut: Kaicil Yamin (1272-1284), Kaicil Siale (1284-1298), Kamalu (1298-1304), dan Kaicil Ngara Lamo (1304-1317).


Sumber by : Buku Kepulauan Rempah-rempah



29 November 2008

satu sisi mata uang

28 November 2008

Warisan Ternate

Imperium nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup agama, adat istiadat dan bahasa.
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam Ternate memiliki peran yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh sultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang berarti. Keberhasilan rakyat Ternate dibawah sultan Baabullah dalam mengusir Portugis tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya almarhum Buya Hamka bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal niscaya wilayah timur Indonesia akan menjadi pusat kristen seperti halnya Filipina.
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa - bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia. Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari bahasa Ternate. Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.

Sumber By : wikipedia.org

Kota Ternate

Kota Ternate :
Kota Ternate adalah ibukota dari provinsi Maluku Utara, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 547,736 km² dan berpenduduk sebanyak 163.467 jiwa (2000). Kota ini terletak dibawah kaki gunung api Gamalama.

Tempat menarik :
Beberapa tempat wisata alam yang menarik, antara lain Pantai Sulamadaha, Danau Laguna, Danau Tolire, Pantai Bobane Ici, Batu Angus. Keraton kesultanan Ternate juga berdiri kokoh di kota ini, terletak di Salero menghadap ke arah timur berhadapan dengan pulau Halmahera.
Pusat tempat makanan di kota ini terletak di Swering, tepat berada di lapangan didepan kantor Gubernur Provinsi Maluku Utara. Namun hanya beraktivitas selepas sore hingga tengah malam.

Sarana transportasi :
Kota Ternate yang memiliki Bandara Sultan Babullah dapat ditempuh melalui udara. Beberapa maskapai penerbangan yang melayani jalur ini antara lain Wings Air (Group Lion Air), Merpati Airlines, Express Air dan Trigana Air. Penerbangan melalui kota Makassar, Manado maupun Sorong.
Kota ini juga memiliki pelabuhan laut A. Yani dengan jalur pelayaran yang dilalui kapal Pelni dua kali perminggu. Dua perusahaan ekspedisi kapal angkutan adalah Mentari dan Tanto.
Transportasi darat di kota ini menggunakan angkutan penumpang dengan mobil Suzuki Carry. Sejak akhir tahun 2005, telah mulai beroperasi armada taksi milik swasta dengan jumlah armada sekitar 50 unit.

Khas daerah :
Maluku Utara memiliki berbagai makanan khas daerah antara lain popeda (sagu), ketam kenari, halua kenari, bagea, serta hasil olahan ikan seperti ikan asap(ikan Fufu), gohu ikan, dll.
Perhiasan dari daerah ini adalah mutiara laut dan batu bacan.

Sumber By : wikipedia.org

24 November 2008

ProFiL Ternate

Ternate terletak antara 127 3 Bujur Timur dan 124 Bujur Barat serta 3 -3 Lintang Selatan berbatasan dengan
Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Selatan : Laut Maluku
Sebelah Barat : Laut Maluku
Sebelah Timur : Pulau Halmahera
Kota Ternate dengan memiliki berbagai komponen alam yaitu Laut, Pulau, Danau, Gunung, menggambarkan ciri topografis yang bervariasi yang didominasi oleh dataran kemiringan diatas 40 derajat seluas 127,37 km atau 51 % dari luas wilayah dan terdapat di Pulau Ternate, Pulau Hiri dan Pulau Moti, sedangkan Pulau Mayau dan Tifure merupakan wilayah dataran rendah yang dikelilingi oleh Laut bebas antar Pulau Ternate dengan Bitung - Sulawesi Utara
Ciri topografi atau kemiringan rendah terletak linear memanjang mengikuti beberapa pesisir pantai pada posisi 0 2 derajat seluas 54,96 km2 atau 22 %.

23 November 2008

IstiLah (GLOSARIUM) daLam bahasa Ternate

Adat : Peraturan, kebiasaan, kesopanan, tradisi, budaya.
Alferis : Bintara, sersan.
Alifuru : Penduduk asli pedalaman Halmahera, disebut juga Halefuru.
Baru-baru : Serdadu
Asisten Residen : Pembantu Kepala Wilayah.
Bala : Warga, rakyat.
Barakati : Berkah
Batu Cina : Nama lain untukl Halmahera yang diberikan Portugis.
Beno : Tembok
Besi : Nama alternatif untuk Makian.
Bilolo : Sejenis siput laut yang dijadikan umpan untuk mengail ikan
Bobato : Arti harfiah: pelaksana peraturan. Secara umum digunakan untuk menunjuk kepala persekutuan, termasuk kadi, imam, khatib, dan madding.
Bobato Akhirat : Pimpinan spiritual, pembantu sultan untuk urusan keagamaan Islam.
Bobato Dunia : Pemimpin/pembantu sultan untuk urusan temporal/pemerintahan, penamaan kolektif, untuk pemimpin komunitas.
Boki : puteri, anak perempuan sultan dari isteri tertua.
Cakalele : Bahasa Ternate: hasa, tarian perang.
Controleur : Kontrolir, pengawas, kepala pemerintahan local.
Dano : Bangsawan yang tidak memegang jabatan kerajaan, bangsawan dari salah satu cabang kerabat kesultanan yang tidak memiliki hak menjadi sultan.
Dehe : Ujung, tanjung.
Dibo-dibo : Pedagang perantara ikan, hasil pertanian dan perkebunan dipasaran yang membeli dari produsen dengan harga semurah mungkin, kemudian dijual dengan harga semahal-mahalnya.
Dodego : Tempat duduk, posisi.
Dopolo Ngaruha : Empat pimpinan/kepala pemerintahan, yakni jogugu, Kapita Laut, Hukum Sangaji di Kesultanan Ternate. Disebut juga Komisi Ngaruha atau Tau Raha di Kesultanan Tidore.
Fala Raha : Rumah empat, empat klan, yakni Soa Marsaoli, Limatahu, Tomagola dan Tamaito.
Fanyira : Singkatan dari Ngofa Manyira.
Gapi : Nama alternatif Ternate yang digunakan pada masa awal.
Gezaghebber : Penguasa, kepala pemerintahan local setingkat distrik.
Ginoti : Kayu yang terapung.
Gufusang : Lalat besar berwarna hijau.
Hukum Syara : Hakim pengadilan agama Islam dalam lingkungan kesultanan.
Hukum : Magisttraat, fungsionaris yang memegang posisi antara pemerintahan kerajaan dan pemimpin komunitas, hakim.
Imam : Pemimpin dalam pelaksanaan ibadah agama Islam, pembantu sultan dalam bidang agama Islam.
Jiko ma-kolano : Sebutan kepala distrik di Halmahera.
Jogugu : Perdana Menteri, pemegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif).
Jojaru : Gadis yang belum menikah.
Juanga : perahu untuk berperang. Juanga ukuran sedang dapat memuat sampai 200 penumpang, juanga besar dapat memuat 300 – 400 orang.
Kadi : Hakim agama, ketua majelis peradilan agama tertinggi kerajaan, ketua para imam, khatib dan moding.
Kaicil : Pangeran, putera sultan dari permaisuri utama. Kaicil berasal dari bahasa jawa: kyai cilik (kiyai kecil).
Kalaudi : Pejabat kerajaan yang mengurus pajak, gelar pejabat di daerah taklukan kesultanan Ternate.
Kalem : Sebutan untuk kadi.
Kampung : Lingkungan kediaman atau desa.
Kapita : Pelaksana kekuasaan militer, komandan pasukan militer, kapten.
Kapita Kie : Pelaksana perang negeri kepala pasukan pengawal sultan.
Kapita Laut : Pelaksana perang laut, laksamana laut, panglima angkatan laut.
Kapita Ngofa : Kapten yang berasal dari keluarga sultan, kapten pangeran.
Khatib : Pejabat agama yang bertugas membaca khutbah setiap sembahyang jumat.
Khatib Dongofi : Khatib cadangan.
Khatib Juru Tulis : Khatib dengan tugas sebagai sekretaris.
Kie : Gunung, pulau yang memilik gunung, kerajaan yang berpusat pada sebuah pulau seperti Ternate dan Tidore.
Kie Besi : Nama gunung berapi di Makian.
Kie Ternate : Gunung Ternate (Gamalama), Pulau Ternate, Kerajaan Ternate.
Kolano : Raja, sultan.
Kora-kora : Perahu perang yang digunakan di Maluku Tengah. Di Maliku Utara-Ternate, Tidore, Bacan dan Halmahera-disebut juanga.
Landraad : Pengadilan Negeri.
Landschap : Daerah Swapraja.
Landvoogd : Wali Negeri, Gubernur di masa VOC.
Letnan : Pangkat perwira dalam ketentaraan yang di adopsi dari bahasa Belanda, luitenant.
Letnan Ngofa : Letnan dari kalangan bangsawan kerajaan.
Limau : Tempat yang diperkuat, benteng, ibukota.
Mahimo : Senior, lebih tua, wakil Kimalaha, wakil kepala komunitas.
Mara : Istilah dalam bahasa Ternate untuk Makian.
Mayor Ngofa : Mayor dari keluarga kesultanan, pangeran mayor.
Minister Van Kolonie : Menteri Utusan Daerah Jajahan Belanda. Terakhir berganti nama menjadi Minister Van Overzeegebied, Menteri Utusan Daerah seberang.
Moding : Anggota/staf imam, muezzin yang ditugaskan di masjid.
Moloku Kie Raha : Empat gunung Maluku. Semula menunjuk kepada Ternate, Tidore, Moti, Makian. Kemudian berkembang dan memiliki arti empat kerajaan Maluku, yakni Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan.
Ngase : Retribusi hasil hutan atau hasil laut tertentu.
Ngofa Manyira : Titel untuk kepala desa atau kepala soa. Secara harfiah, ngofa manyira bermakna anak yang lebih tua atau anak tertua.
Nyai Cili : Puteri Kerajaan, puteri sultan dari permaisuri utama. Nyai cili berasal dari bahasa Jawa: nyai dan cilik. Juga disebut Boki.
Resident : Residen, pegawai tinggi pemerintahan dalam negeri yang mengepalai suatu wilayah.
Sabua Lamo : Nama suku di Tobelo.
Sadeha : Komisaris, pelaksana tugas yang diberikan sultan, pemelihara benda-benda kerajaan tertentu.
Salahakan : Gelar untuk gubernur di daerah taklukan.
Salawaku : Tameng tradisional Maluku.
Sangaji : Gelar kepala komunitas tradisional, atau kepala distrik.
Syara : Undang-undang agama Islam, hokum atau syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan masalah keperdataan. Berasal dari bahasa Arab, syar’i.
Utusan : Duta, penguasa setempat yang diutus sultan. Utusan terutama mengurus kepentingan sultan di suatu daerah, seperti memungut upeti, dan sebagainya.

Sumber by : Buku Kepulauan Rempah-rempah

19 November 2008

Festival Keraton Nusantara VI Dibuka dengan Kirab Prajurit

Festival Keraton Nusantara VI yang berlangsung di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, resmi dibuka di Sungguminasa, ibu kota Gowa, Sabtu (15/11). Pembukaan ditandai dengan kirab 2.651 prajurit dan abdi dalem dari 30 kerajaan di Nusantara yang mengenakan pakaian adat masing- masing.

Sejak pukul 12.30 Wita, peserta kirab berkumpul di Lapangan Syech Yusuf, Sungguminasa. Mereka menyaksikan pertunjukan tari yang mengisahkan sejarah Kerajaan Gowa. Mulai dari pertikaian sembilan kerajaan kecil yang kemudian dipersatukan Tumanurung menjadi Kerajaan Gowa. Ditampilkan pula perlawanan Hasanuddin terhadap Belanda, yang berakhir dengan Perjanjian Bungaya yang ditolak sejumlah bangsawan Gowa.

Pertunjukan yang melibatkan sekitar 100 penari itu mengisahkan sejarah hingga masa pemerintahan raja terakhir Gowa, Andi Ijo Karaeng Lalolang. Raja Gowa ke-36 itu yang menyatakan Gowa menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia menjadi bupati pertama Kabupaten Gowa setelah Indonesia merdeka.

Kirab dimulai pukul 15.15, dengan parade 350 prajurit dan pengikut Kerajaan Gowa sebagai pembuka. Di belakangnya menyusul 300 prajurit Kerajaan Tallo—kerajaan kembaran Kerajaan Gowa. Kemudian ada rombongan prajurit Keraton Yogyakarta, Kesultanan Ternate, dan Keraton Cirebon, diikuti ribuan prajurit dari 25 keraton lain.

Kirab melintasi Jalan Tumanurung, Palantikan, Syech Yusuf, Andi Tonro, Siradjuddin Daeng Rani, hingga Istana Balla Lompoa. Pakaian prajurit yang berwarna-warni dengan model unik berikut berbagai tetabuhan yang mengiringi kirab menarik minat warga untuk menonton.

Ribuan warga memadati Lapangan Syech Yusuf maupun berdiri di tepi jalan yang menjadi rute kirab sepanjang 4,6 km itu.

Festival Keraton Nusantara VI akan berlangsung hingga Senin (17/11). Selain menggelar kirab budaya, festival yang diikuti 43 kerajaan di Nusantara itu memamerkan benda pusaka dari 31 kerajaan di Nusantara.

Benda yang dipamerkan, antara lain permata, mahkota, koin mata uang kuno, kain, keris, pedang, tombak, peti penyimpan pusaka, perabotan dari logam mulia, foto, silsilah keluarga kerajaan, kitab kuno, bendera pusaka kerajaan, dan lukisan. Pameran bertempat di Istana Tamalate, kompleks Istana Balla Lompoa.

Di tempat yang sama berlangsung pameran kerajinan tradisional. Tari klasik dari berbagai keraton akan dipentaskan di Istana Tamalate, pada Sabtu dan Minggu pukul 19.00.

Minggu pagi, 38 kerajaan di Nusantara akan mengikuti dialog budaya di Hotel Celebes, Malino, Gowa. Acara akan dilanjutkan dengan Forum Raja-raja Nusantara, yaitu pertemuan semua raja yang menghadiri Festival Keraton Nusantara VI.


Sumber By : Kompas Cetak

Festival Keraton Nusantara (jiLid 4)

Kontingen KesuLtan Ternate Pada PeLaksanaan Festival Keraton Nusantara yang diselenggarakan di Kabupaten Gowa Propinsi SuLawesi SeLatan dari tanggaL 14 - 17 November 2008









Festival Keraton Nusantara (jiLid 3)

Pementasan Tarian dari Kontingen KesuLtanan Ternate






Festival Keraton Nusantara (jiLid 2)

Atraksi para penari dari Kontingen KesuLtanan Ternate pada
FestivaL Keraton Nusantara








Festival Keraton Nusantara (jiLid 1)

Antusias Masyarakat Gowa terhadap Kontingen KesuLtanan Ternate daLam Parade FestivaL Keraton Nusantara
Yang Dilaksanakan Dari TanGGaL 14 - 17 November 2008








7 November 2008

Teori Evolusi Bermula dari Penelitian di Ternate

London, (ANTARA News) - Teori evolusi ternyata bermula dari penelitian yang dilakukan di Ternate, Indonesia oleh Alfred Russel Wallace, ilmuwan berkebangsaan Inggris yang lahir pada tahun 1823.

Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Lembaga Eijkman, Profesor Doktor Sangkot Marzuki dalam diskusi yang diadakan di PTRI Jenewa, kata Sekretaris Kedua PTRI Jenewa, Yasmi Adriansyah kepada koresponden ANTARA London, Jumat.

Menurut Prof Sangkot, berdasarkan fakta-fakta tersebut, komunitas ilmiah Indonesia merencanakan akan mengadakan perayaan 150 Tahun Teori Evolusi Wallace pada akhir tahun 2008.

Sejumlah diskusi dan pameran akan digelar di Jakarta dan saat ini sedang dijajaki pameran multimedia di Markas PBB di Jenewa (Palais des Nations) November mendatang dengan dukungan PTRI Jenewa, yang diharapkan dapat menarik perhatian komunitas internasional.

Acara puncak adalah konferensi internasional pada bulan Desember di Ternate, tempat Wallace banyak melakukan penelitian kemudian mengukuhkan diri sebagai ilmuwan pertama yang mencetuskan Teori Evolusi.

Menurut Prof Sangkot, selama ini publik beranggapan Teori Evolusi merupakan buah pemikiran dan hasil penelitian dari Charles Robert Darwin, seorang peneliti yang berkebangsaan Inggris (1809).

Dikatakannya, melalui buku berjudul” On the Origin of Species “(1859), Darwin berhasil meyakinkan dunia dengan Teori Seleksi Alam, yang berargumentasi dan menyajikan fakta ilmiah asal-usul spesies makhluk hidup berevolusi dari nenek moyang yang sama melalui proses seleksi alam.

Sangkot mengatakan pada tahun 2009 nanti komunitas biologi dunia akan merayakan peringatan 150 Tahun Teori Evolusi Darwin. Namun demikian anggapan publik dalam konteks sejarah tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar.

Menurut Sangkot, jika dilihat dari sejumlah referensi, Teori Seleksi Alam sesungguhnya pertama kali dicetuskan Alfred Wallace melalui tulisannya “On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely From the Original Type”.

Dikatakannya , tulisan tersebut muncul pada tahun 1858, satu tahun sebelum penerbitan buku Darwin, dan memuat argumentasi mengenai keberadaan seleksi alam dalam evolusi spesies makhluk hidup.

Artinya, Teori Evolusi melalui seleksi alam sesungguhnya dimunculkan pertama kali oleh Wallace, bukan Darwin.

Sangkot mengatakan terdapat kemiripan teori Darwin dengan hasil penelitian Wallace mengingat tulisan Wallace tersebut pertama kali ditujukan kepada Darwin pada tahun 1858.

Pada saat itu , Wallace kerap melakukan korespondensi dengan Darwin, termasuk mengirimkan sejumlah hasil penelitiannya. Wallace merupakan peneliti yang miskin dan tidak jarang mendapatkan bantuan finansial dari Darwin, seorang peneliti yang kaya.

Fakta ini sangat penting bagi Indonesia mengingat sebagian besar penelitian Wallace dilakukan di Indonesia, khususnya di Ternate.

Selain pertama kali mencetuskan Teori Seleksi Alam, Wallace juga menelurkan konsep-konsep terkenal seperti Garis Wallace (Wallace Line), sebuah garis yang membelah kawasan geografis hewan-hewan Asia dan Australia.

Garis-garis tersebut melintang di sepanjang kepulauan Nusantara (Pulau Kalimantan dan Sulawesi) serta memisahkan Selat Lombok dan Pulau Bali.

Hasil penelitian Wallace tersebut utamanya didasarkan pada penyebaran sejumlah besar spesies burung di kawasan-kawasan tersebut.

Deskripsi mengenai Garis Wallace ini dapat dilihat dari tulisan Wallace yang berjudul” On the Zoological Geography of the Malay Archipelago “(1859).

Dalam melakukan penelitian-penelitian tersebut, sebagian waktu Wallace dihabiskan di Indonesia, khususnya antara tahun 1854 sampai dengan 1862.

Bahkan, menurut Prof Sangkot, terdapat bukti historis bahwa Wallace memiliki tempat tinggal di Ternate yang diperkirakan masih ada hingga kini.(*)


Sumber By : www.antara.co.id

Batu Angus, Ternate


Oleh : Wiko Rahardjo

Ada suatu kawasan di kota Ternate yang disebut Batu Angus. Inilah sisa lelehan larva Gunung Gamalama yang megah itu.

Pada zaman Pleistochen, daratan pulau Ternate masih merupakan satu daratan dengan pulau-pulau seperti Morotai, Halmahera, Hiri, Maitara, Tidore, Mare, Moti, Makian, Kayoa, Bacan dan sebagainya yang terletak dalam rangkaian gunung berapi Zone Maluku Utara. Deretan pulau-pulau ini berada di sepanjang pantai barat pulau Halmahera di Propinsi Maluku Utara.
Perubahan alam yang terjadi selama ratusan-ribu tahun dan pergeseran kulit bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau kecil di sepanjang "Jazirah tuil Jabal Mulku", (Istilah yang sering dipergunakan oleh Buya Hamka). Halmahera merupakan Pulau Induk dari di kawasan ini sekaligus menjadi dataran tertua, selain pulau Seram di Maluku Tengah.
Dari sudut pandang geologisnya, pulau Ternate merupakan salah satu dari deretan pulau yang memiliki gunung berapi, dari barisan garis ”strato vulkano active at south pacific” yang melintang di kawasan Asia timur ke Asia tenggara, dari utara ke selatan. Salah satu yang masih aktif di kepulauan Maluku Utara adalah gunung “Gamalama” di pulau Ternate dengan ketinggian 1.730 m. (Bangsa Portugis menyebutnya Nostra Senora del Rozario).
Gamalama tercatat pernah beberapa meletuskan semburannya pada tahun 1608, 1635, 1653, 1840 dan 1862. Letusan terhebat yang tercatat terjadi pada pertengahan abad ke-18, tepatnya pada tanggal 10 Maret 1737 yang bertepatan dengan 22 Dzulkaidah 1149.H yang mengakibatkan aliran lahar dari puncak hingga mencapai laut yang dikenal sekarang dengan “Batu Angus”. (sumber; F.S.A. de Clerq, Bijdragen tot de Kennis der Residentie van Ternate, Leiden, 1890).
Sisa-sisa letusan itu hinggi kini masih bisa Anda saksikan jika berkunjung ke Desa Batu Angus, sekitar lima belas menit perjalanan darat ke arah utara dari pusat kota Ternate. Di sana serakan larva beku membentuk komposisi unik tersendiri. Menyajikan pemandangan yang menakjubkan karena berlatar belakang Gunung gamalama yang selalu terselimuti Kabut tipis.
Batu Angus, demikian warga ternate menyebut serakan tersebut. Tahun demi tahun pemanfaatan terhadap bebatuan yang berwarna hitam legam ini pun terus berjalan. Warga memanfaatan serakan-serakan tersebut guna sebagai bahan bangunan. Terutama pondasi rumah.
Dari kawasan Batu Angus, jika anda berhasil mencapai salah satu tempat tertingginya akan menyaksikan hamparan laut nan luas. Memanjakan mata bagi yang suka berpetualang.

"DABUS", Ritual Kebal Senjata Tajam di Ternate

Seperti halnya di dua tempat lain di Nusantara yakni; Aceh dan Banten, Ternate dan sekitarnya juga adalah tempat tumbuh dan berkembangnya seni Debus di wilayah timur Nusantara yang ada sejak ratusan tahun lalu. Debus di Ternate disebut Dabus atau Badabus. Ritual ini biasanya dipertunjukkan atau dilakukan dalam suatu hajatan yang berupa upacara ritual untuk menebus kaul seseorang yang pernah mengucapkan hajat akan mempertunjukkan Dabus, apabila ia selamat dari sesuatu musibah atau penyakit berat yang dideritanya.
Pertunjukan Dabus ini terdapat hampir di seluruh jazirah Maluku Utara, termasuk Ternate dan Tidore. Pelaksanaan ritual Dabus biasanya dipimpin oleh seorang guru agama ahli kebatinan, yang biasanya disebut “Joguru” yang dalam pelaksanaannya Dabus ia harus disapa; “Syekh”. Ia dibantu oleh para muridnya/santri yang berjumlah sekitar lima hingga sepuluh orang.

Alat khusus untuk pertunjukkan Dabus terdiri dari dua buah batang besi bulat sebesar ibu jari yang ujungnya diasah runcing dan tajam dan di bagian ujung lainnya dibentuk dengan kayu bulat sebesar kepalan tangan dan dihiasi dengan untaian rantai besi kecil. Alat Dabus di Ternate tidak jauh berbeda dengan yang pernah saya lihat di Banten. Materi ritual lainnya adalah seperangkat alat untuk tempat bakar kemenyan, arang dan semacam Anglo beserta beberapa gumpalan kemenyan yang akan dibakar selama pelaksanaan ritual ini. Sedangkan peralatan pendukung lainnya adalah rebana dan cikir serta kitab zikir yang dipakai untuk mengiringi pelaksanaan ritual.

Pertunjukkan Dabus di Ternate biasanya dilakukan pada malam hari dan lokasi yang dipilih sebagian besar di ruang utama rumah tinggal atau di teras rumah yang agak lebar. Pertunjukkan itu dimulai pada ba’da Isya. Setelah segala sesuatu dipersiapkan oleh pelaksana hajatan. Pelaksana hajat duduk berhadapan dengan sang Syekh lalu didoakan, selanjutnya dipersilakan menyaksikan pelaksanaan ritual tersebut.

Ritual dimulai dengan pembacaan lirik-lirik dan disertai zikir dan semacam mantra-mantra rahasia dalam bahasa Ternate campur Arab. Syekh dengan mengenakan jubah kebesaran (biasanya berwarna putih) duduk menghadap kiblat, dan dikelilingi oleh murid-muridnya serta orang-orang yang ingin berpartisipasi dalam pertunjukkan tersebut dan mengikuti setiap pembacaan doa dan zikir dari sang Syekh. Ritual ini berlangsung sekitar sepuluh menit.

Setelah itu, kemenyan dibakar dan bila asap telah mengepul, alat Dabus yang terbuat dari besi dan berantai tersebut diasapi. Biasanya alat Dabus ini terdiri dari beberapa pasang. (3 sampai 5 pasang). Setelah proses ini selesai, sang Syekh mencoba menikam besi tajam tersebut ke dada dan pahanya untuk memastikan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai rencana dan alat tersebut sudah bisa dipergunakan peserta untuk memulai pertunjukkan Dabus.

Sang Syekh memberikan isyarat kepada orang pertama yang memulai pertunjukkan untuk maju sambil jalan jongkok ke dapat sang Syekh untuk bersalaman dan menerima alat Dabus. Pada saat itu irama rebana dan sair-sair serta nyanyian zikir mulai didendangkan oleh peserta lain yang sudah memegang rebana dan kitab zikir.

Setelah menerima ia terus duduk di depan Syekh dan diasapi sekedar saja oleh Syekh kemudian ia menggoyangkan kepala dan badannya ke kiri dan ke kanan beberapa kali lalu membasuh alat Dabus tersebut dari pundak kanan ke atas kepala dan turun ke pundak kiri. Ia lalu mengangkat alat besi tajam tersebut yang sudah dipegang masing-masing di tangan kiri dan kanan dan mencoba menghujamkan ke dadanya bertubi-tubi beberapa kali. Kemudian ia berdiri dan mulai menari-nari sambil menghujamkan besi ke dada bahkan juga ke pahanya. Masing-masing peserta tidak dibatasi waktu, ada yang Cuma lima menit, ada pula yang sampai setengah jam tanpa henti. Kadang kala darah menetes tapi hanya sedikit pada saat pertama memulai pertunjukkan, setelah itu tidak ada darah lagi.

Kadang pula ada peserta ritual yang menanggalkan baju/kaos dan bertelanjang dada. Sebagian besar peserta yang melaksanakan ini rata-rata antara lima hingga sepuluh menit. Pertunjukan diganti lagi oleh beberapa orang lain secara bersamaan. Setiap peserta bisa mengulangi lagi beberapa kali. Dalam pelaksanaannya, biasanya pada menit kedua atau ketiga masih dilakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan, tapi setelah itu semakin keras dan sebagian besar perserta melakukannya sambil berjingkrak-jingkrak bahkan sambil melompat.

Semua para peserta melakukan ritual ini sambil menari sesuai iringan rebana yang terus didendangkan. Menurut mereka, besi tajam yang ditusukkan ke dada atau kulit kita tidak sakit sama sekali melainkan terasa gatal sehingga memacu peserta untuk berjingkrak dan melompat-lompat, bahkan ingin mengulangi lagi setelah turun istirahat beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada orang lain.

Biasanya gerakan tusukan mengikuti irama rebana yang kadang lambat kadang cepat. Seluruh peserta yang melaksanakan ritual Dabus ini dalam keadaan sadar. Namun kadang ada juga sering terjadi kesurupan, dan biasanya peserta tersebut langsung dihentikan oleh sang Syekh, tapi hal ini jarang terjadi.

Sebelum pergantian atau selesai tahapan pertunjukan, setiap orang yang hendak istirahat harus mengembalikan alat Dabus ke sang Syekh dengan cara seperti menerima alat Dabus tadi. Setelah diserahkan ke sang Syekh dan diletakkan di atas sebuah bantal di depan sang Syekh sebelum diambil oleh orang yang menggantikannya.

Peserta yang melakukan ritual ini biasanya tiga sampai lima orang sekaligus, sehingga ruangan yang digunkan untuk ritual ini harus mendukung. Luka-luka kecil akibat Dabus ini kemudian dibacakan mantra oleh sang Syekh dan dibasuh ke lukanya, lalu mereka bersalaman, setelah itu barulah pesertanya berdiri untuk istirahat atau berhenti.

Sementara itu pertunjukkan Dabus terus berlangsung yang dilakukan oleh yang lainnya secara bergilir. Siapa pun bisa menjadi peserta dalam hajatan ini. Ritual ini menjadi tontonan warga di sekitar hingga selesai pada tengah malam. Tidak satu pun peserta Dabus yang terinfeksi sebagai akibat dari pertunjukkan Dabus ini. Anehnya, karena keesokan harinya luka kecil bekas tusukan besi tajam sudah mengering dan hanya meninggalkan bekas kecil yang tidak seberapa.

Dari gambaran pelaksanaan Dabus ini, dapat disimpulkan bahwa Dabus adalah pertunjukkan rakyat yang bersifat ritual karena pelaksanaannya harus dipandu dan dipimpin oleh orang yang mengetahui seluk beluk ritual ini, yaitu seorang “Syekh” dan para “Syaman”.

Setahu saya di Indonesia, ritual Dabus atau Debus seperti ini, hanya terdapat di tiga tempat, yaitu; Nanggro Aceh Darussalam, Banten dan Ternate. Mungkin pula ada juga di tempat-tempat lain, tapi dengan nuansa dan sebutan yang berbeda pula. Wallahu wa’lam.

3 November 2008

Visi - Misi Kota Ternate

Mengamati perkembangan global, karakter kota Ternate, kultur masyarakat dengan sejumlah permasalahan pokok dan actual maka dirumuskan "Visi dan Misi membangun Kota Ternate " sebagai berikut

  • V I S I : Menjadikan Ternate sebagai kota budaya menuju masyarakat madani .

  • M I S I : Membangun Ternate menuju Kota Budaya Kota Perdagangan dan Wisata dan Kota Pantai

Sebuah kota harus memiliki "jati diri" sehingga jati diri itulah dapat diketahui kearah mana kota itu dikembangkan. Kota Ternate adalah bagian dari sejarah masa lalu yang mengalami perjalanan panjang kolonialisme sejak abad XV dan kota inipun sejak abad VII dan VIII masehi telah tersentuh dengan peradaban dunia .

Membangun kota budaya , bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .

Sedangkan "Masyarakat Madani" yang diidamkan bukan semata-mata milik suatu komunitas tertentu, tetapi itu merupakan pemaknaan dari sebuah pemahaman tentang "civil society". Terbangunnya "kota budaya" dengan nilai-nilai interensiknya akan merupakan jalan lapang menuju "masyarakat madani" yaitu masyarakat berperadaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang demokratis dan masyarakat sejahtera yang cinta damai .

Strategi program pembangunan Ternate sebagai kota Budaya diarahkan upaya mengintegrasikan pembangunan fisik dan non fisik yang mengakarpada nilai dan keagamaan serta tradisi dan budaya masyarakat.

Strategi program –strategi program pembangunan kota perdagangan dan wisata diarahkanpada upaya untuk lebih meningkatkan produktifitas, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan penyediaan lahan perkotaaan dan penyiapan infra struktur perdgangan dan pariwisata yang memadai

Strategi Program pembangunan kota pantai/kota pulau diarahkan pada upaya meningkatkan dan mengimbangkan kota Ternate dalam suatu sistem wilayah kepulauan melalui peningkatan infra struktur perkotaan, sumber daya alam, sumber daya manusia dalam kerangka pengembangan ekonomi rakyat .

WISATA ALAM DAN BUDAYA

Wisata alam diantaranya : Danau Laguna, Danau Tolire, Cengkeh Afo yang berusia 3,5 abad , Batu Angus akibat letusan Gunung Gamalama tahun 1673 yang di dalamnya terdapat tugu makam tentara Jepang, dan sejumlah wisata pantai lainnya.

Adapun potensi Wisata adat dan wisata budaya, adat istiadat diantaranya :

Upacara Adat Kulano Uci Sabea ( Upacara keagamaan )
Upacara pengobatan Kapita Fanyira ( Upacara Adat )
Tarian Soya-soya ( Tarian adat penjemputan tamu )
Tarian cakalele ( Tarian permainan rakyat )
Tarian Lego dan Dansa ( Tarian kesenian klasik )
Tarian / ronggeng Tide ( Kesenian rakyat )
Tarian / ronggeng Gala ( Kesenian Rakyat )
Tarian Baramasuwen ( Tarian adat Ritual )
B a d a b u s ( Tarian adat ritual )
Jokokaha ( Tarian adat penjemputan tamu )
Ige segonofu ( Upacara adat dalam rangka pelantikan tamu / keselamatan)
Pembacaan Tamsil
Atraksi perahu Kora-kora.

WISATA SEJARAH

Bidang parwisata , disamping social culture masyarakat yang kaya akan budaya dan adat istiadat, juga terdapat asset – asset histories peninggalan masa lalu seperti :
  • Kedaton Sultan Ternate, yang dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada tanggal 24 Nopember 1810, terletak di atas bukit Limau Santosa dan di dalamnya menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah cukup tinggi.
  • Masjid Sultan Ternate, di bangun yang oleh Sultan Hamzah pada tahun 1633 dengan kombinasi arsitektur Cina dan Jawa kuno
  • Benteng Toloco peninggalan bangsa Portugis, dibangun pada tahun 1512 oleh Gubernur Jendral Francisco Seereo dan direstorasi pada tahun 1610 oleh Jan Peter Booth.
  • Benteng Orange ( Benteng Malayu ), peninggalan Belanda, yang dibangun oleh Corneles De Jongoe pada tahun 1607 .
  • Benteng Kalamata ( Benteng Santa Lucia ) yang dibangun bangsa Portugis tahun 1540 dan dianeksasi Belanda tahun 1609.
  • Benteng Gamlamo ( Benteng Kastela ), yang dibangun oleh bangsa Portugis tahun 1521 oleh Antonio de Brito, dimana Sultan Khairun dibunuh oleh Antonio Pimentel atas perintah pamannya Capitao Diego Lopez de Mesquita
  • Benteng kota Janji ( Benteng Santo Pedro ), dibangun oleh bansa Portugis kemudian di duduki spanyo tahun 1606 dan dikuasai bangsa Belanda tahun 1612.
  • Makam Sultan babullah, yang terletak di Kelurahan Foramadiyahi,dikakai Gunung Gamalama yang memiliki daya tarik wisata.
  • Makam Sultan Badaruddin, Sultan asal Palembang yang diasingkan di Ternate pada tahun 1821 oleh bangsa Belanda.

ARTI DAN MAKNA LAMBANG "MAKU GAWENE"


ARTI DAN MAKNA LAMBANG DAERAH
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 1 Tahun 2000

Lambang Kota Ternate bertuliskan “ Maku Gawene ” mengandung makna saling menyayangi , cinta dan kasih sayang sesama manusia dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa .

Dasar Lambang Kota Ternate Berbentuk perisai bersudut tiga.

Mencerminkan karakteristik , fungsi dan peran kota Ternate sebagai kota budaya , kota Wisata dan Perdagangan , kota Pulau dan Pantai .


Bintang dipuncak Kota Ternate.

Menggambarkan Regilius , Ketakwaan dan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


Lingkaran ditengah dasar Lambang kota Ternate.

Merupakan ungkapan rasa persaudaraan dan persahabatan sesama manusia dimuka bumi.


Gerak ikan Pari yang dinamis dengan badannya melebar terbuka.

Mengungkapkan daerah kota Ternate yang terus berkembang .


Dilambang kota Ternate terdapat bunga Cengkih disisi kanan , dua Pala disisi kiri , serta ikan Pari ditengah yang dirangkai oleh daun cengkih dan daun pala .


Lambang kota Ternate memantulkan warna yang serasi dengan makna unsur-unsurnya :


B i r u ungkapan kecemerlangan , keteguhan dan kesabaran

Kuning kemakmuran dan kesejahteraan

Coklat tegas , penuh rasa tanggung jawab

Hijau kesuburan , kedamaian , religius

Putih bersih , ungkapan kesucian , keikhlasan dan kerelaan

Hitam kewaspadaan , kekuatan , kepastian disiplin dan ketegasan

28 Agustus 2008

Komunitas terbaik mangga dua

Masyarakat kota Ternate mempunyai karakter yang sangat beragam, tapi dari keragaman itu terselip 1 karakter yang sangat menonjol yang dimiliki oleh mereka...yakni,suka bakulai (berkelahi). Ini diiyakan oLeh pihak kepolisian setempat yang banyak menerima laporan pengaduan tentang kasus serupa!!!!

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh ketika melihat fenomena yang ada, dari beberapa faktor tersebut yang paling banyak muncul kepermukaan adalah tidak adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara generasi muda dan generasi lama (Orang tua)!!!!
Ini yang menyebabkan adanya tembok pemisah antara kedua generasi tersebut!!!!
Contoh yang ada diatas tidak sejalan dengan perkembangan pemahaman yang dianut oleh masyarakat disalah satu kelurahan diKota Ternate yaitu Kelurahan Mangga Dua!!!!
Ini dapat terjadi karena generasi muda dimangga dua membentuk sebuah wadah atau komunitas yang berdiri atas dasar kekeluargaan!!!!komunitas - komunitas inipun yang menjadikan mangga dua sebagai tempat yang aman dari isu - isu kasus kekerasan yang sering terjadi pada masyarakat kota Ternate Lainnya!!!

ada beberapa komunitas yang hadir dikelurahan mangga dua...tapi yang paling menonjol diantara komunitas yang ada adalah EDETH Generation dan NEVADA!!!!
Dua komunitas ini sangat disegani disemua kalangan masyarakat mangga dua...baik dari kalangan muda maupun kalangan orang tua!!!!!
banyak kegiatan - kegiatan sosial yang pernah mereka buat, diantaranya bakti sosial, pemberian sumbangan untuk anak - anak panti asuhan dll.
sumbangsih yang mereka berikanpun tidak serta merta membuat mereka besar kepala...ini dibuktikan dengan karakter yang selalu mereka perlihatkan!!!!

Mungkin inilah sebagian kecil dari banyaknya perilaku positif yang mereka punya!!!!!
untuk itu, tak ada salahnya ketika segelintir orang termasuk saya yang terkagum - kagum melihat apa yang mereka lakukan dan berikan sampai saat ini!!!!!!!!!
SaLut buat Komunitas EDETH Generation dan NEVADA.......

25 Juli 2008

PaPeda Ternate...

A. Selayang Pandang
Pohon sagu (metroxhylon rumpii) merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat Maluku Utara. Ketika pohon ini telah berusia sepuluh tahun, bagian dalamnya mampu menghasilkan serat berupa tepung seberat 80-100 kilogram. Serat tepung inilah yang kemudian menjadi bahan utama pembuatan papeda, atau yang biasa disebut bubur sagu.

Bagi masyarakat Ternate, papeda merupakan makanan pokok layaknya nasi ataupun jagung. Papeda dimakan bersama kuah kuning yang terbuat dari kunyit dan dicampur dengan ikan tongkol. Makanan ini juga disajikan bersama dengan jeruk nipis, beberapa potong kelapa, dan sagu sebagai lauknya.

Proses pembuatan papeda diawali dengan memotong bagian pangkal pohon sagu. Kemudian, bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah.

Sistem memasak papeda adalah dengan merebus tepung sagu tersebut hingga mengental dan matang menjadi papeda. Dalam keadaan panas, papeda dituangkan ke piring yang sebelumnya telah dibasahi dengan kuah ikan. Tujuannya agar papeda tersebut tidak melekat di piring, yang digunakan sehingga tidak sulit untuk mencucinya.


B. Keistimewaan
Papeda ialah makanan yang dihidangkan hanya saat panas saja karena ketika dingin makanan ini akan menjadi lengket ke piring. Selain itu, ketika dingin makanan ini dianggap telah basi dan tidak layak dimakan, sehingga fungsinya terkadang dialihkan sebagai alat perekat kertas.

Karena berbentuk bubur sagu yang kental, cara memakan papeda tidak menggunakan sendok ataupun tangan, melainkan langsung diseruput dari piring.


C. Lokasi
Di sepanjang kota Ternate, banyak didapati warung yang menjual makanan tradisional seperti papeda.


D. Akses Menuju Lokasi
Warung yang menjual makanan papeda terletak di pusat kota, sehingga wisatawan dapat naik angkutan kota dari Bandara Sultan Baabullah dengan biaya Rp 3.000/orang (Maret 2008). Wisatawan juga dapat menggunakan jasa taksi yang telah beroperasi sejak akhir tahun 2005 .

E. Harga Makanan
Harga papeda di warung-warung tradisional relatif murah. Seporsi papeda bisa diperoleh dengan harga Rp1.000- Rp 1.500 (Maret 2008).


F. Akomodasi dan Fasilitas
Selain menikmati makanan khas papeda, di Ternate, wisatawan dapat menjumpai warung-warung yang berjualan cinderamata dan makanan khas Maluku Utara seperti ketam kenari, halua kenari, bagea, serta ikan hasil olahan, seperti ikan fufu (ikan asap) dan gohu ikan.
 
AksaL Achmad | Powered By Blogspot | © Copyright  2008