29 Desember 2008

Dunia Pinggirkan Peran Wallace dalam Teori Evolusi


MAKASSAR - Dunia meminggirkan peran Alfred Russel Wallace dalam penemuan teori evolusi. Pada akhirnya, dunia juga melupakan keanekaragaman hayati Indonesia yang menginspirasi Wallace menemukan teori survival the fitest dan teori evolusi.

”Kontribusi Wallace dalam penemuan bersama teori evolusi oleh Wallace dan Charles Darwin sangat besar bagi ilmu pengetahuan,” kata Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Sangkot Marzuki MD pada Konferensi Internasional ”Alfred Russel Wallace and The Wallacea” yang berlangsung di Makassar, Rabu (10/12).
Seminar dibuka Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’mang. Konferensi yang berlangsung hingga Sabtu (13/12) itu merupakan peringatan 150 tahun surat Wallace dari Ternate yang menjadi cikal bakal teori evolusi.

Konferensi internasional di Makassar itu diikuti para ahli dari sembilan negara yang tersebar di empat benua. Dalam sambutannya, Agus Arifin Nu’mang menyebut Sulawesi sebagai tempat yang bersejarah bagi kelahiran teori geologi dan biologi yang kemudian menjadi karya ilmiah Wallace berjudul On the Zoological Geography of the Malay Archipelago. Karya itu adalah dasar ilmu biogeografi dan menjadi cikal bakal garis Wallacea.

”Wallace juga telah menjadikan kawasan Wallacea sebagai hotspot keanekaragaman hayati dunia. Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah Brasil dan keanekaragaman itu berada di kawasan Wallacea,” kata Agus.

Menjelajah Nusantara

Pada kurun waktu 1850-1860, Wallace menjelajah Nusantara, mengumpulkan 125.660 spesimen. Dari penelitiannya itulah Wallace menetapkan garis maya yang memisahkan dua wilayah fauna. Garis yang kini dikenal sebagai garis Wallace itulah yang menjadi dasar Wallace mengkaji masalah evolusi.

Pada 9 Maret 1858, dari Ternate, Wallace mengirimkan surat ke Inggris yang ditujukan kepada Charles Darwin, berisi temuan-temuannya di Nusantara dan garis Wallace.

Menurut Sangkot, surat dari Ternate itulah yang mengguncang para ilmuwan Inggris. Pada 1 Juli 1858, Darwin mengumumkan teori bersama Wallace dan Darwin kepada Linnean Society di London. Saat teori itu diumumkan, Wallace sendiri masih berada di Papua.

”Kekayaan alam Indonesia adalah inspirasi bagi Wallace untuk menemukan teori evolusinya. Konferensi ini penting agar kawasan Wallacea menjadi perhatian para ahli. Kami mengharapkan akan bertambah penelitian nasional dan internasional terhadap kekayaan hayati Wallacea. Kami juga mengharapkan akan lahir penemuan baru bagi kepentingan internasional dan nasional,” kata Sangkot.

Pada pembukaan itu, Wali Kota Ternate Syamsir Andili membacakan Deklarasi Ternate. Deklarasi yang disusun 2 Desember 2008 itu berisi enam butir pernyataan bersama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, akademisi, Yayasan Pengembangan Wallacea, dan para pemangku kepentingan lokal di Ternate dalam prakongres yang berlangsung di Ternate.

Salah satu butir deklarasi itu adalah komitmen Pemerintah Kota Ternate untuk membangun monumen Wallace di Ternate.

”Kami akan memperbaiki rumah yang dulu ditinggali Wallace dan akan mengabadikan namanya sebagai nama jalan di Ternate,” kata Syamsir.(ROW)

sumber: Kompas

6 Desember 2008

Tugu Wallace Ditetapkan di Ternate

Jakarta, Kompas - Melalui berbagai perdebatan ilmiah, akhirnya tugu memperingati tokoh ilmuwan biogeografi dari Inggris, Alfred Russel Wallace (1823-1913), di Indonesia ditetapkan di Ternate, Provinsi Maluku Utara. Lokasi tugu adalah sebuah rumah yang diduga pernah disinggahi Wallace di Jalan Nuri, Ternate, sekarang.

Petunjuk didapat dari data tertulis dalam catatan Wallace yang hanya berjalan 5 menit menuju Pasar Gamalama. Kemudian untuk melihat Kota Ternate harus menghadap ke arah timur laut.

”Tidak hanya dengan tugu, di Ternate akan diresmikan pemberian nama untuk jalan, Alfred Russel Wallace,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Umar Anggara Jenie dalam konferensi pers menjelang Prasimposium ”Letter from Ternate”, Jumat (28/11), di Jakarta.

Prasimposium akan diselenggarakan 2-3 Desember 2008 di Ternate. Menurut Umar, Wallace melalui bukti pengiriman ”Surat dari Ternate” tahun 1858 kepada Charles Darwin di Inggris, akhir- akhir ini diunggulkan sebagai salah satu pencetus teori Darwin mengenai evolusi.

”Sebelum tahun 2009 nanti dicetuskan sebagai ’Darwinian of The Year’. Banyak ilmuwan, terutama di Inggris, memunculkan nama Wallace untuk dikenang sebagai pencetus teori evolusi pula,” kata Umar yang didampingi Deputi Bidang Ilmu Kebumian LIPI Hery Harjono dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Endang Sukara.

Menurut Umar, Wallace di usia 35 tahun, 6 Maret 1858, lebih dulu menulis catatan mengenai evolusi fauna yang tak bisa bertahan, sebagai fauna yang akan punah. Catatan itu dituangkan ke dalam surat berjudul ”On The Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from The Original Type”, lalu dikirimkan ke Charles Darwin.

”Surat Wallace itu ditulis setahun sebelum Darwin mengemukakan teori evolusinya. Jadi, Wallace lebih dulu mengungkapkan hal-hal berkaitan dengan teori evolusi yang kemudian diungkapkan Darwin,” kata Umar.

sumber by : kompas cetak

Pencarian Jejak Penemu Teori Evolusi di Ternate

Oleh Sapto Hp

Ternate (ANTARA News) Ketenangan keluarga Paung Tjandra bakal berubah ketika pencarian jejak naturalis Alfred Russel Wallace, penemu teori evolusi, berakhir di rumah yang mereka tinggali sejak 1974.

Rumah Paung Tjandra di Jalan Nuri, Ternate, diyakini cocok dengan sejumlah informasi yang dikumpulkan Pemerintah Kota Ternate berdasarkan catatan Wallace, terutama keberadaan sumur di samping kanan rumah itu.

Sumur tersebut memang sudah ditutupi lantai semen. Tapi menurut pengakuan sang pemilik rumah, sebagai sumber air sumur itu masih utuh dan letaknya ditandai oleh sebuah pipa yang mencuat di lantai tersebut.

Sumur tersebut mendapat catatan khusus oleh Wallace dalam suratnya kepada Charles Darwin (1858), dengan menyatakan, di tempat tinggalnya di Ternate, dia memiliki sumur yang memenuhi kebutuhan hidup. Bagi dia, sumur itu merupakan barang mewah dan airnya dapat langsung diminum.

baca selengkapnya

Wallace Jadi Nama Jalan di Ternate

INILAH.COM, Ternate - Ilmuan flora dan fauna dunia mendian Alfred Russel Wallace diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Kota Ternate Maluku Utara (Malut) untuk mengenang bahwa ilmuan itu pernah tinggal di Ternate.

"Wallace pernah tinggal di Ternate selama empat tahun, jadi untuk mengenangnya, namanya kami abadikan menjadi nama jalan di Kota ini" kata Wali Kota Ternate Syamsir Andili saat meresmikan nama Jalan Wallace di Ternate, Rabu (3/12).

Nama jalan yang kini berubah menjadi Wallace itu, sebelumnya adalah Jalan Nuri. Salah satu rumah di Jalan Nuri itu dulu menjadi tempat tinggal Wallace selama empat tahun.

Menurut Syamsir, informasi Wallace tinggal di Ternate untuk melakukan penelitian flora dan fauna di wilayah Maluku, bukan rekayasa, tapi didasarkan kepada buku yang pernah ditulis oleh Wallace.

Dalam buku itu, Wallace menulis bahwa ia pernah tinggal di Ternate selama empat tahun di rumah milik seorang pengusaha asal Belanda. Rumah itu sesuai hasil penelitian Pemkot Ternate, berada di Jalan Nuri yang kini berubah nama menjadi Jalan Wallace.

"Rumah tempat tinggal Wallace tersebut akan kami jadikan monumen Wallace. Monumen itu akan dilengkapi gambaran tentang aktivitas Wallace selama di Ternate" papar Syamsir.

Peresmian pembangunan monumen Wallace tersebut dilakukan bersamaan dengan peresmian Jalan Wallace. Pada peresmian itu turut hadir Ketua LIPI Prof Dr UMar Anggara Jenie, MSc.

Umar mengatakan, LIPI akan mendukung Pemkot Ternate untuk merealisasikan pembangunan monumen Wallace tersebut, karena monumen itu akan menjadi sarana untuk mengetahui aktivitas Wallace saat berada di Ternate.

Sehari sebelumnya (2/12) Pemkot Ternate bekerja sama dengan LIPI menggelar pra-simposium di Ternate untuk mengenang 150 tahun surat Wallace yang dikirim dari Ternate ke Inggris.

sumber by : INILAH.COM

4 Desember 2008

Generasi Muda "Mangga Dua"


Generasi Muda di Kota Ternate mempunyai karakter yang sangat beragam, tapi dari keragaman itu terselip 1 karakter yang sangat menonjol yang dimiliki oleh mereka...yakni,suka bakulai (berkelahi). Ini diiyakan oLeh pihak kepolisian setempat yang banyak menerima laporan pengaduan tentang kasus tersebut!!!!

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh ketika melihat fenomena yang ada, dari beberapa faktor tersebut yang paling banyak muncul kepermukaan adalah tidak adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara generasi muda dan generasi lama (Orang tua)!!!!
Ini yang menyebabkan adanya tembok pemisah antara kedua generasi tersebut!!!!
Contoh yang ada diatas tidak sejalan dengan perkembangan pemahaman yang dianut oleh masyarakat disalah satu kelurahan diKota Ternate yaitu Kelurahan Mangga Dua!!!!
Ini dapat terjadi karena generasi muda dimangga dua membentuk sebuah wadah atau komunitas yang berdiri atas dasar kekeluargaan!!!!komunitas - komunitas inipun yang menjadikan mangga dua sebagai tempat yang aman dari isu - isu kasus kekerasan yang sering terjadi pada masyarakat kota Ternate Lainnya!!!

ada beberapa komunitas yang hadir dikelurahan mangga dua...tapi yang paling menonjol diantara komunitas yang ada adalah EDETH Generation dan NEVADA!!!!
Dua komunitas ini sangat disegani disemua kalangan masyarakat mangga dua...baik dari kalangan muda maupun kalangan orang tua!!!!!
banyak kegiatan - kegiatan sosial yang pernah mereka buat, diantaranya bakti sosial, pemberian sumbangan untuk anak - anak panti asuhan dll.
sumbangsih yang mereka berikanpun tidak serta merta membuat mereka besar kepala...ini dibuktikan dengan karakter yang selalu mereka perlihatkan!!!!

Mungkin inilah sebagian kecil dari banyaknya perilaku positif yang mereka punya!!!!!
untuk itu, tak ada salahnya ketika segelintir orang termasuk saya yang terkagum - kagum melihat apa yang mereka lakukan dan berikan sampai saat ini!!!!!!!!!
SaLut buat Komunitas EDETH Generation dan NEVADA.......

2 Desember 2008

TERNATE (KERAJAAN MALUKU TERBESAR)

Asal - usul

PADA 1250, terjadi eksodus besar-besaran orang-orang Halmahera dibawah Kerajaan Jailolo ke berbagai pulau di bagian barat pulau tersebut seperti Ternate, Tidore, Moti dan Makian. Eksodudus ini terjadi akibat konflik politik antara Raja Jailolo yang absolute-otoriter dengan kelompok-kelompok politik local. Diantara pelarian tersebut ada yang mendarat di Ternate dan mendirikan pemukiman mereka di dekat puncak Gunung Gamalama. Pemilihan tempat ini atas pertimbangan keamanan yakni untuk menghilangkan jejak dan kemungkinan pengejaran pasukan Jailolo. Komunitas tertua tersebut adalah di Tobona, terletak di antara puncak Gamalama yang saat itu belum meletus (Gunung Gamalama mulai meletus pada 1686)

Komunitas Tobona dikepalai seorang pimpinan yang disebut “Momole". Pembentukan komunitas inilah yang menandai permulaan masa kekuasaan Momole, sebagai awal masa Pra-kolano (raja). Momole pemukiman tobona bernama Guna. Karena pelarian politik orang-orang Halmahera makin bertambah, para imigran tersebut lalu membangun pemukiman baru bernama Foramadiahi sekitar tahun 1254. Pemukiman Foramadiahi dipimpin Mole Matiti. Setelah itu, terbentuk pemukiman ketiga yakni sampala, dibawah otoritas Momole Ciko (baca Siko). Berbeda dengan Tobona, kedua pemukiman terakhir di bangun tidak jauh dari pantai. Bahkan, Sampala terletak di tepi pantai. Hal ini meungin memperlihatkan bahwa komunitas-komunitas di Ternate tidak lagi memperhitungkan Kerajaan Jailolo sebagai ancaman. Jarak antara satu pemukiman dengan pemukiman lainnya di masa awal Ternate ini relative cukup jauh, sehingga komunikasi di antara kampong-kampung tersebut relative sulit dan kurang lancer, keadaan semacam ini berjalan selama beberapa tahun.

Pada 1257, komunitas Tobona, sebagai komunitas pelopor, mengambil prakarsa menyelenggarakan suatu musyawarah. Tidak jelas di mana musyawarah itu berlangsung. Kemungkinan di Tobona, karena komunitas inilah yang memprakarsainya. Pendapat lain menyatakan musyawarah tersebut berlangsung di Foramadiahi, yang terletak di tengah, antara Sampala dan Tobona. Kemungkinan lainnya, musyawarah dilakukan di Sampala, mengingat Momole Sampala-lah yang kemudian terpilih memimpin seluruh pemukiman yang ada. Musyawar diadakan dengan agenda tunggal: menggalang persatuan diantara ketiga komunitas tersebut dan mengangkat Ciko sebagai pemimpin ketiga komunitas.

Setelah pengangkatannya sebagai pimpinan komunitas tritunggal, Ciko mengubah gelarnya dari Momole menjadi Kolano – bermakna “raja”. Demikian pula, namanya di ubah pula menjadi Mashur Malamo. Peristiwa ini mengawali era kolano di Ternate. Setelah beberapa waktu menjadikan Sampala sebagai pusat kekuasaan, Ciko yang berkuasa hingga 1272 kemudian membangun ibu kota baru di tepi pantai, yang diberi nama Gamlamo (Negeri Besar).

Pengangkatan Ciko sebagai Kolano pertama di Ternate, dituturkan dalam mitos sbb :

Pada suatu hari Momole Guna, Kepala Persekutuan Tobona, menjelajahi hutan mencari pohon enau untuk menyadap tuaknya. Ia tiba disuatu lintasan jalan dan menemukan sebuah lesung terbuat dari emas. Momole Guna mengambilnya dan membawa pulang ke rumah. Lesung emas itu kemudian menjadi tontonan yang aneh bagi warga Tobona. Karena yang ingin melihatnya makin banyak berdatangan, Momole Guna tidak mau menahannya lebih lama lagi dan memutuskan untuk memberikannya kepada Momole Molematiti, pimpinan komunitas Foramadiahi, yang terletak dibawah Tobona. Mole matiti yang telah menerima lesung aneh itu, juga mengalami hal yang sama seperti dialami Momole Guna dan Tobona. Karena tidak betah, ia berikan kepada Ciko dan Sampala. Ciko menerima lesung itu berikut segala keajaibannya dan dengan demikian ia memperoleh kehormatan menjadi penguasa atas pulau Ternate yang berakhir dengan penobatannya sebagai Raja pertama pulau itu dengan gelar Kolano. (Andaya, Leonard Y.Op.Cit.p.50 dan Valentijn Oud en Nieuw,Vol.1b pp.282.283)

Setelah Mashur Malamo (1257-1272) dinobatkan sebagai Kolano pertama, berkuasa di kerajaan Ternate secara berturut-turut: Kaicil Yamin (1272-1284), Kaicil Siale (1284-1298), Kamalu (1298-1304), dan Kaicil Ngara Lamo (1304-1317).


Sumber by : Buku Kepulauan Rempah-rempah



 
AksaL Achmad | Powered By Blogspot | © Copyright  2008